Saturday, July 27, 2013

Untuk kamu yang sedang sakit

Saya menulis ini ketika dalam perjalanan tanpa tujuan; hanya untuk menenangkan pikiran dan perasaan. Saya tidak tahu harus dengan cara apalagi agar kamu mengerti. Beberapa waktu lalu, kita berhasil menuju titik temu perasaan masing-masing. Saya mencintaimu dan kamu pun begitu. Saya ingat, saya pernah bercerita tentang banyak hal. Kamu hanya mendengarkan, sesekali protes dengan alur yang saya ceritakan, sesekali kamu tersenyum. Menyebalkan, ketika jentikan tanganmu menyebabkan semangat yang memuncak sehingga hari-hari yang saya lewati terasa berbeda dan luar biasa. Ketika itu juga, saya merasa sangat nyaman seolah tak ada lagi manusia dibumi; selain kita.

Sifat manja kamu membuat saya merasa hangat tiap kali disampingmu. Rasanya, saya ingin mengelus-elus kepalamu dan menyandarkannya dibahuku, menggenggam erat jemarimu, atau sekadar mencium keningmu. Ada satu hal yang sangat saya inginkan. Berada disamping kamu saat bangun tidur sampai terlelap. Hanya saja keadaan dan jarak yang memaksa kita untuk merasakan hal itu semua lewat pesan singkat. Terlihat semu, tapi cukup nyata untuk dirasa.

Pelukmu hanya saya rasakan dilayar handphoneku yang mulai memanas. Kita berjauhan tapi terasa dekat, tersenyum karena membaca pesan tanpa ada yang tahu hati kita berdebar-debar. Saat bertemu, jantungku berdebar, nafasku tak beraturan, tanganku gemetar seperti tulang yang remuk tak bias lagi menopang. Semua itu sangat jelas diotakku dan memutar dengan betul kenangan. Manis.

Tapi, kamu sekarang mulai mengganggu pikiranku. Bukan karena hal diatas, tapi karena kamu sedang sakit. Kesehatan kamu menurun, pola makanmu tak teratur. Lagi, saya yang salah tak mengingatkan kamu untuk makan. Saya terlalu egois mementingkan diri sendiri, terlalu sibuk dengan dunia sendiri. Mengetahui itu, saya merasa khawatir tingkat dewa. Jujur, akhir-akhir ini tidurku kurang nyenyak, pola makanku jadi kurang teratur karena mengkhawatirkan kamu.

Kamu bilang, kamu tidak apa-apa. Nyatanya, kadang ada darah segar yang keluar dari hidungmu, kepalamu terasa sakit dan kamu hanya bisa menahan sakitnya. Lagi dan lagi, saya tidak disana atau sekadar membersihkan darahmu atau menyuapi makanan. Saya jadi teringat waktu kecil, saya punya teman perempuan yang tidak bisa saya sebutkan namanya. Dia mengalami sakit yang sama seperti kamu. Saat itu, kami sudah pulang sekolah, tiba-tiba ada darah keluar dari hidungnya. Saya tidak bisa apa-apa selain menyumbat pendarahannya dan menggendongnya pulang. Sampai dirumahnya, dia masih mengeluarkan darah dan memegangi kepalanya. Setelah itu, dia berhenti dan diam. Saya kehilangan dia.

Dari situlah saya selalu ingin menjaga kamu, ada disampingmu saat butuh maupun tidak. Karena saya tak ingin kehilangan orang yang saya sayangi dua kali. saya sangat mencintaimu meskipun kamu mengidap penyakit yang saya tidak tahu.

Untuk kamu yang sedang sakit, semoga lekas sembuh.

Saya bergetar mendoakanmu.

Membunuh Hati Yang Sudah Mati

Jatuh cinta kepada seseorang bisa membuatmu berubah. Itu bagus jika ia membuatmu jadi orang yang lebih baik. Bagaimana jika sebalikny...