Aku benci menjadi pihak ketiga. Maksudku, aku benci menjadi
orang yang jatuh cinta dengan kekasih orang lain. Apa setiap jatuh cinta tidak
pernah memandang kepada siapa ia akan tertuju? Sungguh, ini sangat
menyesakkan. Aku cemburu. Dan ini lebih menyesakkan ketika cemburuku tidak
kautanggapi. Lebih pahit ketika tahu aku tidak berhak untuk mengaturmu ini-itu.
Harusnya, kamu menghentikan perhatianmu itu. Aku juga salah, berkali-kali jatuh
cinta dengan kekasih orang. Jadi, siapa yang salah dalam keadaan seperti ini ?
Cinta ?
Aku benci menjadi pihak ketiga. Maksudku, aku benci menjadi
orang yang selalu kamu jadikan pundak hanya disaat kamu sedang lelah menjalani hubungan
dengannya. Apa kamu tahu sebabnya aku mau dijadikan pundak olehmu ? Karena aku
berharap aku yang akan menggantikan posisinya saat kamu diabaikan. Karena aku
tidak ingin seperti ia yang selalu membuatmu menarik nafas panjang. Karena aku
takut kehilangan kamu. Kamu tahu ?
Aku benci menjadi pihak ketiga. Maksudku, aku benci karena
perhatianmu tidak hanya kamu berikan khusus kepadaku. Perhatianmu hanya teralih
kepadaku saat ia pergi menghilang tanpa kabar. Ada banyak tanda tanya yang
memenuhi otakku. Mengapa kamu masih bertahan dengan orang yang pasti ?
Maksudku, pasti sakit hati, pasti diabaikan, dan pasti meninggalkanmu. Mengapa
?
Aku benci menjadi pihak ketiga. Maksudku, aku benci
memperhatikan hubunganmu yang berjalan ditempat. Aku benci memendam rasa kepada
kekasih orang lain. Aku benci kamu datang disaat sedih, lalu pergi saat
semuanya sudah pulih. Tahukah aku membenci itu ? Ah, kamu tidak pernah tahu
karena kamu terlalu sibuk mengatur hubunganmu.
Aku benci menjadi pihak ketiga. Karena aku tidak ingin
merusak hubungnmu. Aku yang ingin pergi, namun terjerat bayangmu yang semu. Aku
bahkan tidak mengerti apa statusku dengan kamu, kekasih orang. Aku hanya
menemuimu lewat tulisan. Apa aku menyakiti kekasihmu ? Sungguh tidak, tapi aku
yang kausakiti diam-diam. Aku terus menunggu, memendam rasa hingga akhirnya
kamu putus dengannya. Tapi kapan ? Aku benci kamu pergi saat aku benar-benar
butuh.
Aku masih sama, masih benci menjadi pihak ketiga. Aku yang
bodoh; masih terus mengejar bayangmu yang tak bisa kudeskripsikan. Mataku
pura-pura bahagia, senyumku sengaja kuperlebar karena aku tidak ingin
hubunganmu terusik hanya karena perasaanku yang kelewat batas. Aku yang salah;
tidak menyadari kepada siapa aku menyimpan rasa. Aku benci menjadi orang
ketiga.
Sungguh, jika kamu tahu, aku tidak sebahagia saat melihat
hubunganmu makin erat. Aku benci mendengarkan curahanmu, aku benci melihatmu
bahagia tidak denganku. Aku juga benci melihatmu menangis karena pengabaian
yang ia jeratkan untukmu. Sekarang, aku mengerti bahwa bukan hanya aku yang
menjadi pihak ketiga, karena ada dia yang selalu menjadi peran utama yang selalu
kautunggu-tunggu kehadirannya. Ah… aku benci ini!
Lagi, aku yang salah yang tak segera berhenti mencintaimu. Aku
terlalu berharap bisa menjadi orang yang kaucari setiap hari-harimu. Aku tidak
bisa menjadi siapa-siapa dalam dirimu. Kamu yang tak pernah bisa kugenggam
dengan jemari, hanya bisa terangkul dalam doa. Pastinya kamu akan tahu siapa
yang akan pergi. Tentu, aku sudah bosan menjadi pihak ketiga. Mungkin, aku
terlalu berharap dan pastinya aku akan selalu mendoakan kamu dan hubunganmu. Semoga
kamu tahu, aku benci menjadi pihak ketiga.
Dari orang yang
kehabisan cara
mengungkapkan perasaanya.