Saturday, April 13, 2013

Aku Benci Menjadi Pihak Ketiga


Aku benci menjadi pihak ketiga. Maksudku, aku benci menjadi orang yang jatuh cinta dengan kekasih orang lain. Apa setiap jatuh cinta tidak pernah memandang kepada siapa ia akan tertuju? Sungguh, ini sangat menyesakkan. Aku cemburu. Dan ini lebih menyesakkan ketika cemburuku tidak kautanggapi. Lebih pahit ketika tahu aku tidak berhak untuk mengaturmu ini-itu. Harusnya, kamu menghentikan perhatianmu itu. Aku juga salah, berkali-kali jatuh cinta dengan kekasih orang. Jadi, siapa yang salah dalam keadaan seperti ini ? Cinta ?

Aku benci menjadi pihak ketiga. Maksudku, aku benci menjadi orang yang selalu kamu jadikan pundak hanya disaat kamu sedang lelah menjalani hubungan dengannya. Apa kamu tahu sebabnya aku mau dijadikan pundak olehmu ? Karena aku berharap aku yang akan menggantikan posisinya saat kamu diabaikan. Karena aku tidak ingin seperti ia yang selalu membuatmu menarik nafas panjang. Karena aku takut kehilangan kamu. Kamu tahu ?

Aku benci menjadi pihak ketiga. Maksudku, aku benci karena perhatianmu tidak hanya kamu berikan khusus kepadaku. Perhatianmu hanya teralih kepadaku saat ia pergi menghilang tanpa kabar. Ada banyak tanda tanya yang memenuhi otakku. Mengapa kamu masih bertahan dengan orang yang pasti ? Maksudku, pasti sakit hati, pasti diabaikan, dan pasti meninggalkanmu. Mengapa ?

Aku benci menjadi pihak ketiga. Maksudku, aku benci memperhatikan hubunganmu yang berjalan ditempat. Aku benci memendam rasa kepada kekasih orang lain. Aku benci kamu datang disaat sedih, lalu pergi saat semuanya sudah pulih. Tahukah aku membenci itu ? Ah, kamu tidak pernah tahu karena kamu terlalu sibuk mengatur hubunganmu.

Aku benci menjadi pihak ketiga. Karena aku tidak ingin merusak hubungnmu. Aku yang ingin pergi, namun terjerat bayangmu yang semu. Aku bahkan tidak mengerti apa statusku dengan kamu, kekasih orang. Aku hanya menemuimu lewat tulisan. Apa aku menyakiti kekasihmu ? Sungguh tidak, tapi aku yang kausakiti diam-diam. Aku terus menunggu, memendam rasa hingga akhirnya kamu putus dengannya. Tapi kapan ? Aku benci kamu pergi saat aku benar-benar butuh.

Aku masih sama, masih benci menjadi pihak ketiga. Aku yang bodoh; masih terus mengejar bayangmu yang tak bisa kudeskripsikan. Mataku pura-pura bahagia, senyumku sengaja kuperlebar karena aku tidak ingin hubunganmu terusik hanya karena perasaanku yang kelewat batas. Aku yang salah; tidak menyadari kepada siapa aku menyimpan rasa. Aku benci menjadi orang ketiga.

Sungguh, jika kamu tahu, aku tidak sebahagia saat melihat hubunganmu makin erat. Aku benci mendengarkan curahanmu, aku benci melihatmu bahagia tidak denganku. Aku juga benci melihatmu menangis karena pengabaian yang ia jeratkan untukmu. Sekarang, aku mengerti bahwa bukan hanya aku yang menjadi pihak ketiga, karena ada dia yang selalu menjadi peran utama yang selalu kautunggu-tunggu kehadirannya. Ah… aku benci ini!

Lagi, aku yang salah yang tak segera berhenti mencintaimu. Aku terlalu berharap bisa menjadi orang yang kaucari setiap hari-harimu. Aku tidak bisa menjadi siapa-siapa dalam dirimu. Kamu yang tak pernah bisa kugenggam dengan jemari, hanya bisa terangkul dalam doa. Pastinya kamu akan tahu siapa yang akan pergi. Tentu, aku sudah bosan menjadi pihak ketiga. Mungkin, aku terlalu berharap dan pastinya aku akan selalu mendoakan kamu dan hubunganmu. Semoga kamu tahu, aku benci menjadi pihak ketiga.

Dari orang yang kehabisan cara
mengungkapkan perasaanya.

Tuesday, April 2, 2013

April Mop! //


Rexa membenci April Mop. Mengapa yang dipermainkan menyangkut perasaan? Suasana kampus sangat tepat. Tiba-tiba hujan. Sempurna bagi Karina untuk mengerjai si Mata empat. Rupanya, Karina sudah tahu perasaan Rexa sama seperti perasaan yang dipendamnya selama ini. Tapi Karina masih belum cukup puas tentang perasaan Rexa. Ia masih bersama pria lain itu mencari-cari Rexa. Ketemu kamu! Gumam Karina dalam hati. Kali ini, ia tidak saling bergenggaman, tapi saling merangkul dengan pria itu. Ini cobaan buat Rexa yang selalu memendam perasaannya. Hati Rexa sepertinya hancur. Ada sesak yang tak bisa diutarakan. Rexa cemburu buta.
Rencana Karina memuaskan dirinya sendiri. Ia sudah sangat tahu bahwa Rexa amat mencintainya. Lalu, ia meninggalkan pria itu. Namun, Rexa sudah berlari kearah mobilnya dengan pakaian yang seluruhnya hampir basah. Karina yang melihat Rexa memperhatikannya, menerobos hujan kearah Rexa yang berdiri disamping pintu mobil. Rexa berdiri disana dengan payung yang tak bisa terbuka.

“ April Mop!!! Kamu pasti cemburu? “ Karina menghampiri mobil Rexa. Ia tidak Nampak bersalah dan tidak tahu bahwa ia telah menghancurkan hati Rexa. Tangannya menadangi kepalanya yang sudah basah kuyup.

“ Itu pacar kamu? Aku… nggak cemburu kok. “ Rexa membohongi perasaanya. Ia pura-pura membetulkan kacamatanya. Terkadang, orang harus membohongi dirinya sendiri karena tidak ingin ada yang ikut merasakan. Ada rasa yang amat menyakitkan ketika cemburu namun tidak dapat bertindak apa-apa.

Hujan semakin deras. 

“ April Mop!!! Kamu bohong deh, Rex.”  Sekali lagi bagi Karina. “ Ini cuma bohongan kok, ini kan cuma April Mop, Rex. Ayolah! “ Kali ini Karina tahu, ia menghancurkan hati Rexa.

 Rexa membeku sesaat. Dinginnya hujan seakan membekukan bibir Rexa.

" Ini hujan deras banget, Rin. Nanti kamu sakit." Tangan Rexa mencoba menadangi kepala Karina.
" Aku gak peduli, Rex. Aku cuma minta maaf dan ini semua rencana konyol yang aku buat."

Rexa benci perlakuan Karina yang seperti ini. Ia sungguh tidak bisa marah dan tidak menyesal memperdulikan orang yang salah. Apa setiap cinta tumbuh pada orang yang salah sebelum tumbuh pada orang yang tepat ?
Bibir Rexa menggumam. Ia ingin berteriak, melontarkan perasaan yang ia pendam sejak lama. Namun, hujan membuat Rexa lebih fokus melindungi Karina. Rexa membuka pintu dan menyuruh Karina masuk kedalam mobil. Mereka sama-sama kedinginan.

“ Aku tuh cemburu! Aku sayang sama kamu, Rin! Aku memendam semua ini karena tidak ingin merusak kedekatan kita! “ Rexa mengungkapkan semua yang ia rasakan. Dengan tubuh yang gemetar , Karina telah sadar. Ia meminta maaf kepada Rexa. Tiba-tiba, ada hujan dimata Karina. Air mata.

“ Maafin aku, Rex. Aku juga sayang sama kamu. Aku memendam rasa yang sama seperti kamu. Aku terlalu takut jika kamu tahu aku cinta sama kamu! “ Karina mengusap-usap telapak tangannya, Karina menangis dan menjatuhkan kepalanya dipundak Rexa. “ Aku cuma ingin tahu perasaan kamu, dan sekarang kita saling tahu perasaan masing-masing. “ Rexa terdiam mendengar semua perkataan Karina. Tangan Rexa mulai membelakangi tubuh Karina. Ia memeluk Karina dengan erat.

“ Aku tahu, kita tidak selamanya menjadi teman. Aku mencintai kamu dan kamu juga sebaliknya.” Rexa ingin lebih dari teman. Iya, Karina-pun ingin lebih dari teman.

Mereka lelah memendam. Mereka lelah menahan perasaan yang terus tumbuh diluar batas kewajaran.  Mereka tidak pernah salah soal memendam. Begitupun cinta; tidak pernah salah jika merekatkan kedua orang yang hobbynya memendam.

“ Lagi pula, tadi cuma April Mop kok, Rex. “ manja Karina dipelukan Rexa.  
“ Gak peduli, aku sebel sama kamu, Rin.” Rexa memasang wajah cemberut. Karina tahu, ia tak sungguhan cemberut.

 Mungkin memang cara Karina yang salah, namun jika tidak dengan cara yang salah dia tidak pernah tahu perasaan Rexa. Mungkin juga salah Rexa yang lebih memilih untuk memendam. Menurut mereka, memendam lebih baik karena tidak akan ada yang tersakiti selain hati sendiri.

“ Yaudah aku minta minta maaf, Rex. Aku sayang kamu! “ Pelukan Karina semakin erat.

Rexa tidak menjawab. Ia terlalu hangat dalam pelukan Karina. Hati Rexa yang hancur kembali utuh saat Karina menjatuhkan tubuhnya kepelukan Rexa.

“ Jadi, April Mop tahun depan, jangan bikin aku seperti ini lagi ya, Rin ?! “

Ciuman kecil melekat dibibir Rexa.

Monday, April 1, 2013

April Mop!


Awal dibulan april, Rexa terbangun dengan malas. Ia lalu mandi dan berangkat kekampus. Sampai dikampus, Rexa berjalan dengan mata masih terkatup-katup. Semalam tidurnya memang kurang nyenyak. Ada sosok yang mengganggu pikirannya. Ada sosok yang meremas-remas hatinya. Karina. Iya, wanita dengan rambut agak melewati bahu yang menyita waktu tidur Rexa untuk memikirkannya.

Mata Rexa dengan teliti mencari-cari sosok Karina.

             “ Rin! “ sosok itu menerobos kacamata Rexa. Dengan berjalan cepat, ia menuju kearah Karina.
 “ Hai! Selamat pagi. “ sapa hangatnya seperti meremukkan tulang-tulang paha Rexa. Lengkungan pipinya sangat manis.
                Rexa membetulkan tas yang digendongnya. Sesekali matanya menyorot bola mata yang bulat dan indah milik Karina.
“ Kamu ngelamun apa sih ? Masih pagi juga.” Cubitan manis Karina melekat dilengan kokoh Rexa
“ Nggak kok gak apa-apa. Udah sarapan ? “ Sial! Aku kurang puas menatap matanya. Dalam hati Rexa berkata seperti itu.
“ Belum nih. Kamu udah sarapan? “ Perkataannya menghangatkan telinga Rexa. Kemudian, ia diam seperti roh meninggalkan tubuhnya.  Lagi-lagi Karina mencubit Rexa. Perlakuan keduanya sangat manis namun miris. Rexa mencintainya tanpa diketahui Karina. Begitupun sebaliknya. Mereka saling mencintai, namun hati menjaga perasaan mereka baik-baik.
“ Aw! Sakit tau. Kebetulan, sarapan bareng lagi yuk! “ Rexa mengelus-elus tangannya yang memerah karena cubitan Karina.
“ Lagian bengong terus. Nanti kesurupan lho! Hehehe.. yaudah kita sarapan yuk! “ Lengkungan bibirnya membuat si Mata empat nyaman, tatapannya teduh. Mereka berjalan menuju cafe kampus.
 Karina memang begitu, hobbynya menyubit tangan orang. Tapi, bagi Rexa, meskipun ia memiliki kulit yang agak sensitif, ia rela menahan sedikit sakit demi dekat dengan Karina. Sungguh manis, romantis namun miris. Keduanya saling memendam perasaan yang sama tanpa diketahui pihak masing-masing. Rexa lebih suka memendam ketimbang bercerita tentang perasaanya keteman-temannya. Begitupun Karina. Ia lebih tertutup soal hati. Entah mengapa cinta mempertemukan kedua sosok yang amat suka bersembunyi dibalik perasaannya masing-masing ? Cinta memang tidak pernah salah tembak. Tapi ini akan menyiksa keduanya. Miris.
***
Mereka sarapan bersama. Sesekali tatapannya beradu dilintasan. Sesekali tangan mereka bersentuhan layaknya kesengajaan. Sungguh ini betulan! Ada degup jantung dari balik rusuk keduanya. Manis.
“ Ini minumnya, tuan Putri. “ ledek Rexa dengan tertawa kecil.
“ Terima kasih, Pangeran. “ Karina tertawa geli. Sungguh ironi, mereka sangat romantis namun tembok gengsi menahan perasaan keduanya agar tidak terlalu meletup-letup. Mereka beranjak dari tempat makan itu, kemudian berjalan menuju kelas masing-masing
.
Kelas mereka berbeda dan agak berjarak. Mereka berpisah didepan tangga, disana juga mereka bertemu dan memulai aktifitas seperti biasa, terus-menerus. 

Sepanjang mata kuliah, Rexa memikirkan Karina. Kali ini benar-benar otaknya penuh bayangan Karina. Rexa memikirkan berbagai cara untuk mengungkapkan perasaannya. Tak mungkin selamanya ia memendam perasaan itu. Selama mata kuliah, Rexa juga memenuhi otak Karina. Ia ingin tahu, apa Rexa memiliki rasa yang sama atau tidak. Namun, dengan cara yang salah. Karena hari ini adalah April Mop, Karina berakting dengan meminta bantuan temannya untuk berpura-pura menjadi kekasihnya. Ia sungguh penasaran dengan isi hati Rexa.
***


Rexa berlari kecil menuju tangga; tempat ia biasa menunggu Karina. Sungguh pemandangan yang memuakkan bagi Rexa. Lensa kacamatanya menyorot kearah Karina yang berjalan santai dengan senyuman kecil bergenggaman tangan pria lain. Apa itu kekasihnya Karina yang baru? Kenapa dia tidak menceritakannya padaku ? Sudahlah! Rexa menggumam cemburu dalam hati. Hatinya tergores. Pikirannya runtuh seketika. Senyumnya memudar. Karina berjalan mendekati tangga tempat Rexa berdiri. Ini akting yang sempurna bagi Karina, tapi memuakkan bagi Rexa.
“ Lagi nunggu siapa Rex? Sendirian aja.” Perkataan Karina seakan memperparah keadaan. Apa aku harus melihat pemandangan ini? Gumam Rexa dalam hati. Ia tidak membalas sapaan Karina. Ia langsung turun ke tangga, mengabaikan Karina bersama pria lain itu yang direncanakan Karina untuk membohongi dan mencari tahu isi hati Rexa.

Ada gerimis kecil dimata Rexa yang tidak ia sadari.
Gerimis kecil itu bernama air mata.

Membunuh Hati Yang Sudah Mati

Jatuh cinta kepada seseorang bisa membuatmu berubah. Itu bagus jika ia membuatmu jadi orang yang lebih baik. Bagaimana jika sebalikny...