Sunday, December 22, 2013

Sleep Texting & Sleep Walking

                                                 Sleep walking                               Sleep Texting
  
Ada yang pernah denger? Atau udah tahu tentang gangguan ini? Atau juga ada salah satu dari kalian pernah ngalamin hal diatas? Kalau ada, Congratulation!

Jadi, minggu ini gue mau nulis tentang judul diatas, abis bosen nulis cerita galau mulu, nyambung juga kagak ceritanya.

*Lanjut. Sleep Texting itu jadi semacem gangguan tidur sambil mengetik pesan disaat sedang tidur. Simpelnya gini, misalkan kamu lagi main hape atau gadget sambil tidur-tiduran. Gak sengaja kamu ketiduran dalam keadaan masih megang tuh hape, terus tanpa sadar tangan kamu ngetik sms yang gak tau dikirim kemana. Ngerti gak? Kalau gak ngerti, baca ulang 15489 kali.

Biasanya, Sleep Texting sering terjadi sama orang yang kecanduan smartphone kayak dijaman sekarang. Kenapa bisa menyerang orang yang kecanduan smartphone?


Karena otomatis kemana dan dimana-pun mereka pasti pake smartphone. Dirumah pake, dijalan juga pake, lagi ngantor pake, lagi ulangan make (khususnya buat nge-googling), lagi ngampus juga make, bahkan ada yang ke toilet pun bawa smartphone-nya entah mau ngapain yang pasti bukan buat Camera360-an sambil berak yah.

Nah, hal-hal kayak gitu yang bikin kita berpotensi ngalamin Sleep Texting.

Gue pribadi pernah ngalamin Sleep Texting dan itu pengalaman yang gak tau harus gue bilang buruk atau kocak. Jadi 2 tahun yang lalu gue pernah pacaran (sama cewek pastinya). Cewek gue itu nuntut tiap detik-menit-jam harus smsan/telponan sama dia. Karena gue sayang, waktu-waktu gue lebih dominan megang hape. Sampe akhirnya pas jalan 4 bulan, gue gak sengaja ketiduran padahal lagi smsan sama dia. Secara gak sadar gue ngetik sambil tidur. Paginya, gue diputusin. Lo tau kenapa?

Malemnya, gue ngetik sms ke pacar gue gini "Km jelek bgt sih, bulu idung km keluar jalur gitu, aku ilfil. Bdn km juga bau bawang, km kalo jalan sm aku jarang mandi yah? Mending aku cari pcr yg agak cakepan dari km deh kalo gini caranya."

Yes, gue emang hina.

Keesokannya, hape gue sepi. Akhirnya gue tidur tanpa ucapan 'good night'. Sebelum tidur, hape gue, taruh disebelah kepala berharap ketika gue bangun terus nge-cek hape ada ucapan 'good morning'. Gara-gara naruh hape disamping kepala, gue ngalamin Sleep Walking atau berjalan sambil tidur. Entah gue jalan-jalan keluar rumah atau kemana saat itu, yang gue inget bangun-bangun gue ada didalem kulkas. Untungnya, tiap malem colokan kulkasnya dicabut sama nyokap gue dengan alasan irit listrik es batu yang di Freezer mencair.

Dari pengalaman itu, banyak pelajaran yg gue dapet dan ini jadi tips buat lo yang kecanduan smartphone biar terhindar dari Sleep Texting dan Sleep Walking supaya kejadian yang gue alami dulu gak terjadi sama lo.

1. Coba kurangin waktu lo menggunakan smartphone. Kalau misalnya sekolah/kuliah/kerja lo bawa, maininnya pas jam istirahat aja. Itu pun kalau lo punya.

2. Kalau mau tidur, hape lo, lo jauhin dari tempat lo tidur. Misalnya lo tidur dikamar, smartphone lo taruh aja diruang tamu. Karena kalau naruhnya deket kepala, itukan bisa kena radiasi, bisa ngeganggu kinerja otak deh jadinya. Ini cuma buat yang punya otak.

3. Jangan pernah pacaran sama orang yang maunya tiap waktu harus komunikasi. Emang sih komunikasi itu hal penting dalam suatu hubungan, tapi harus tau waktu juga. Jangan sampe lagi berak pun lo masih telponan sama doi. Bahaya. Gak tenang.

4. Sebelum tidur, benda-benda elektronik seperti tv, kulkas dll itu dicabut aja colokannya. Selain bisa ngirit listrik, itu juga bisa menghindari kejadian kayak yang gue alami. Coba waktu itu kulkas masih dicolokin, mungkin paginya gue berbuih kayak Spongebob.


5. Baca doa sebelum tidur. #udahgituaja

Nah, jadi inilah yang bisa gue kasih tau. Kali aja bermanfaat, kan. So, jangan sampe diri kita dikuasai oleh gadget/smartphone. Oh iya satu lagi, jangan lupa solat yes.

Wassalam, wr, wb.

Friday, December 13, 2013

Jangan menunda sesuatu


Kali ini hujan turun sangat deras, dingin yang hadir membuat embun-embun kecil dikaca mobil. Pria itu sedari tadi hanya diam, seperti memikirkan sesuatu tapi pikirannya kosong, tatapannya sendu, matanya menahan air mata agar tidak jatuh.

Didalam mobil, ia hanya memandang kosong kedepan, melihat kaca yang mulai basah dan berembun tapi tidak benar-benar fokus terhadap kaca mobilnya. Satu hal yang terlintas dipikirannya adalah seorang wanita yang ia cintai. Iya, hanya itu. Tiba-tiba, seperti dihujani peluru, hati pria itu terasa sakit, napasnya mulai berat, tenggorokannya mengering. Lagi-lagi, matanya menahan air mata agar tidak jatuh. Seharusnya ia sadar bahwa ia mencintai wanita itu dan tidak boleh menunda untuk menyatakan perasaannya. 

Pria itu tidak bisa menyalahkan waktu, tidak bisa menyalahkan takdir, apalagi menyalahkan wanita itu yang menolaknya dan pergi dengan pria lain. 

Ingatannya kembali melemparkan pria itu saat ia menemui wanita yang dicintainya disebuah restoran. 

Si pria menghampiri si wanita dan menyatakan perasaannya dengan gemetar. Si wanita lalu menangis dan berkata bahwa ia sudah mencintai pria lain. Si pria terdiam, matanya berkaca-kaca ketika mendengar penjelasan si wanita. Hening.

Tak lama kemudian, si pria lain itu datang dan betanya mengapa si wanita menangis. Si wanita lalu memeluk erat si pria, kekasihnya. Si pria lalu pergi dan meninggalkan mereka berdua di restoran. Tak lama kemudian hujan turun. Pria itu menengadah keatas, melihat langit yang menangis.

Mematung sebentar lalu masuk ke dalam mobil.

Pria itu menyalahkan mobil dan menjalankannya tapi tidak tahu kemana tujuannya. Hujan masih deras, Matanya masih menahan air mata, napasnya pun masih terasa berat.

Tiba-tiba, pria itu melihat seorang gadis cilik yang menjual bunga. Pria itu membaca tulisan dikotak tempat untuk menaruh bunga, bertuliskan "jangan menunda sesuatu". Pria itu menghentikan mobilnya, lalu menghampiri gadis cilik itu dan membeli semua bunga yang sudah basah terkena hujan.

"Kenapa kamu menulis kata 'jangan menunda sesuatu' dikotak itu?" tanya si pria.
"Karena dengan tidak menunda, tidak akan ada rasa sesal. Terima kasih telah membeli bungaku." gadis itu tersenyum lalu meninggalkan si pria yang mematung memegang beberapa bunga sambil mencerna kata-kata si gadis tadi.

Pria itu masuk kembali ke dalam mobil. Kemejanya hanya basah dibagian bahu. Rambutnya berantakan. Didalam mobil, kata-kata gadis itu kembali terputar ditelinga sang pria.

Ya, hanya dengan tidak menunda kita tidak akan merasakan suatu penyesalan. Dan pria itu kini menyesal karena telah menunda cintanya. 

Ini tentang pria dengan penundaannya yang dibalas dengan penyesalan mendalam. Ya, jangan pernah menunda. Dengan begitu, penyesalan itu tidak akan datang.

Saturday, July 27, 2013

Untuk kamu yang sedang sakit

Saya menulis ini ketika dalam perjalanan tanpa tujuan; hanya untuk menenangkan pikiran dan perasaan. Saya tidak tahu harus dengan cara apalagi agar kamu mengerti. Beberapa waktu lalu, kita berhasil menuju titik temu perasaan masing-masing. Saya mencintaimu dan kamu pun begitu. Saya ingat, saya pernah bercerita tentang banyak hal. Kamu hanya mendengarkan, sesekali protes dengan alur yang saya ceritakan, sesekali kamu tersenyum. Menyebalkan, ketika jentikan tanganmu menyebabkan semangat yang memuncak sehingga hari-hari yang saya lewati terasa berbeda dan luar biasa. Ketika itu juga, saya merasa sangat nyaman seolah tak ada lagi manusia dibumi; selain kita.

Sifat manja kamu membuat saya merasa hangat tiap kali disampingmu. Rasanya, saya ingin mengelus-elus kepalamu dan menyandarkannya dibahuku, menggenggam erat jemarimu, atau sekadar mencium keningmu. Ada satu hal yang sangat saya inginkan. Berada disamping kamu saat bangun tidur sampai terlelap. Hanya saja keadaan dan jarak yang memaksa kita untuk merasakan hal itu semua lewat pesan singkat. Terlihat semu, tapi cukup nyata untuk dirasa.

Pelukmu hanya saya rasakan dilayar handphoneku yang mulai memanas. Kita berjauhan tapi terasa dekat, tersenyum karena membaca pesan tanpa ada yang tahu hati kita berdebar-debar. Saat bertemu, jantungku berdebar, nafasku tak beraturan, tanganku gemetar seperti tulang yang remuk tak bias lagi menopang. Semua itu sangat jelas diotakku dan memutar dengan betul kenangan. Manis.

Tapi, kamu sekarang mulai mengganggu pikiranku. Bukan karena hal diatas, tapi karena kamu sedang sakit. Kesehatan kamu menurun, pola makanmu tak teratur. Lagi, saya yang salah tak mengingatkan kamu untuk makan. Saya terlalu egois mementingkan diri sendiri, terlalu sibuk dengan dunia sendiri. Mengetahui itu, saya merasa khawatir tingkat dewa. Jujur, akhir-akhir ini tidurku kurang nyenyak, pola makanku jadi kurang teratur karena mengkhawatirkan kamu.

Kamu bilang, kamu tidak apa-apa. Nyatanya, kadang ada darah segar yang keluar dari hidungmu, kepalamu terasa sakit dan kamu hanya bisa menahan sakitnya. Lagi dan lagi, saya tidak disana atau sekadar membersihkan darahmu atau menyuapi makanan. Saya jadi teringat waktu kecil, saya punya teman perempuan yang tidak bisa saya sebutkan namanya. Dia mengalami sakit yang sama seperti kamu. Saat itu, kami sudah pulang sekolah, tiba-tiba ada darah keluar dari hidungnya. Saya tidak bisa apa-apa selain menyumbat pendarahannya dan menggendongnya pulang. Sampai dirumahnya, dia masih mengeluarkan darah dan memegangi kepalanya. Setelah itu, dia berhenti dan diam. Saya kehilangan dia.

Dari situlah saya selalu ingin menjaga kamu, ada disampingmu saat butuh maupun tidak. Karena saya tak ingin kehilangan orang yang saya sayangi dua kali. saya sangat mencintaimu meskipun kamu mengidap penyakit yang saya tidak tahu.

Untuk kamu yang sedang sakit, semoga lekas sembuh.

Saya bergetar mendoakanmu.

Friday, May 10, 2013

Kosong


       Semua mengalir begitu saja. Aku nyaman didekatmu, meski aku dan kamu berkomunikasi lewat tulisan.  Itu kita lakukan setiap hari, tanpa menatap wajah; hanya sekedar tulisan. Kita tertawa, tapi tak ada suara tawa, semua mengalir lewat tulisan. Perhatianmu membuat degup jantungku penasaran. Aku sangat ingin mendengar suaramu, melihat wajahmu, menatap matamu, bahkan aku sangat ingin menggenggam jemarimu. Apa itu mustahil?

       Tapi, entah mengapa kehadiranmu membawa perasaan lain. Aku takut menerjemahkannya kalau itu cinta. Ada sesuatu yang berbeda ketika aku dan kamu mulai menerjemahkan perkataan lewat ketikan. Aku merasa semangat, saat huruf-huruf yang kamu rangkai mulai mengisi direct message. Mungkin juga kamu merasakan hal yang sama. Setiap bangun pagi hingga malam, kamu selalu menyapaku. Setiap itu juga, ada banyak kamu yang memenuhi otakku; dengan membayangkan wajahmu disana.

       Sungguh, tadinya aku tidak ingin terlalu jauh melangkah, meskipun kita hanya bisa melihat rupa wajah dari avatar. Rasanya, ada yang hilang jika satu hari kita tidak berkomunikasi. Seperti dikontrol, aku terus melangkah, menjalani hubungan tanpa status, hubungan tanpa pertemuan. Karena aku takut, setiap pertemuan pasti berakhir dengan perpisahan. Aku terlalu nyaman, bahkan aku merasa kamu merasakan hal yang sama. Saat aku tidak menyapamu dipagi dan malam hari, kamu mulai mencari-cariku.

       Tiba-tiba, aku merasakan rasa yang tidak terkendalikan. Aku menaruh harapan dan berpikir bahwa kamu juga menaruh harapan Salahku yang mengartikan segala bentuk perhatianmu sebagai tanda cinta. Apa cinta juga bisa tumbuh meski itu melalui tulisan sekalipun? Aku menyadari dan menangkap isyarat yang kaulempar. Hanya saja, aku masih takut untuk bertemu denganmu dalam dunia nyata. Aku memendam perasaan itu.

       Semakin kesini, perasaan ini semakin sulit dikendalikan. Bahkan, aku lebih suka menghabiskan waktu didepan laptop, mencari-cari tahu tempat tinggalmu, sekolahmu, dan semua yang berhubungan dengan kamu. Apa aku salah diam-diam mencari informasi tentangmu? Itu kulakukan karena aku penasaran. Kita semakin dekat, kamu lebih sering menceritakan tentang hubunganmu. Sebenarnya, aku benci ketika kamu menceritakannya, hanya saja aku lebih suka mendengarkan dan itu kupelajari agar ketika aku menggantikan dia, aku tidak seperti dia yang memperlakukanmu dengan tidak spesial.

       Tapi, mengapa kali ini aku merasakan sesak ketika kamu bercerita bahwa kamu sudah punya penggantinya. Kamu bercerita dengan antusias, aku hanya mendengarkan dan melempar senyum meskipun itu lewat tulisan. Ketahuilah, senyumku tidak benar-benar senyum. Aku merasa sesak disini. Entahlah, kurasa aku mencintaimu.

       Aku memahami itu. Salahku yang lebih memilih memendam, bersembunyi dibalik sisi gelap dan membiarkan rasa sesak tak terobati. Harusnya, aku tak terlalu penasaran, terlalu mengikuti rasa keingintahuanku. Harusnya aku menemuimu sejak pertama kenal. Semua terlalu cepat, aku tak punya hak memintamu untuk tetap disini.

       Cinta yang kurasakan, hanya sekadar lewat tulisan-tulisan. Nyata dirasakan, tapi fiksi didunia nyata. Lagi, salahku yang diam meski tahu punya perasaan. Sekarang, aku kesepian, tak ada sapamu dipagi dan malamku.   

Kosong.

Saturday, April 13, 2013

Aku Benci Menjadi Pihak Ketiga


Aku benci menjadi pihak ketiga. Maksudku, aku benci menjadi orang yang jatuh cinta dengan kekasih orang lain. Apa setiap jatuh cinta tidak pernah memandang kepada siapa ia akan tertuju? Sungguh, ini sangat menyesakkan. Aku cemburu. Dan ini lebih menyesakkan ketika cemburuku tidak kautanggapi. Lebih pahit ketika tahu aku tidak berhak untuk mengaturmu ini-itu. Harusnya, kamu menghentikan perhatianmu itu. Aku juga salah, berkali-kali jatuh cinta dengan kekasih orang. Jadi, siapa yang salah dalam keadaan seperti ini ? Cinta ?

Aku benci menjadi pihak ketiga. Maksudku, aku benci menjadi orang yang selalu kamu jadikan pundak hanya disaat kamu sedang lelah menjalani hubungan dengannya. Apa kamu tahu sebabnya aku mau dijadikan pundak olehmu ? Karena aku berharap aku yang akan menggantikan posisinya saat kamu diabaikan. Karena aku tidak ingin seperti ia yang selalu membuatmu menarik nafas panjang. Karena aku takut kehilangan kamu. Kamu tahu ?

Aku benci menjadi pihak ketiga. Maksudku, aku benci karena perhatianmu tidak hanya kamu berikan khusus kepadaku. Perhatianmu hanya teralih kepadaku saat ia pergi menghilang tanpa kabar. Ada banyak tanda tanya yang memenuhi otakku. Mengapa kamu masih bertahan dengan orang yang pasti ? Maksudku, pasti sakit hati, pasti diabaikan, dan pasti meninggalkanmu. Mengapa ?

Aku benci menjadi pihak ketiga. Maksudku, aku benci memperhatikan hubunganmu yang berjalan ditempat. Aku benci memendam rasa kepada kekasih orang lain. Aku benci kamu datang disaat sedih, lalu pergi saat semuanya sudah pulih. Tahukah aku membenci itu ? Ah, kamu tidak pernah tahu karena kamu terlalu sibuk mengatur hubunganmu.

Aku benci menjadi pihak ketiga. Karena aku tidak ingin merusak hubungnmu. Aku yang ingin pergi, namun terjerat bayangmu yang semu. Aku bahkan tidak mengerti apa statusku dengan kamu, kekasih orang. Aku hanya menemuimu lewat tulisan. Apa aku menyakiti kekasihmu ? Sungguh tidak, tapi aku yang kausakiti diam-diam. Aku terus menunggu, memendam rasa hingga akhirnya kamu putus dengannya. Tapi kapan ? Aku benci kamu pergi saat aku benar-benar butuh.

Aku masih sama, masih benci menjadi pihak ketiga. Aku yang bodoh; masih terus mengejar bayangmu yang tak bisa kudeskripsikan. Mataku pura-pura bahagia, senyumku sengaja kuperlebar karena aku tidak ingin hubunganmu terusik hanya karena perasaanku yang kelewat batas. Aku yang salah; tidak menyadari kepada siapa aku menyimpan rasa. Aku benci menjadi orang ketiga.

Sungguh, jika kamu tahu, aku tidak sebahagia saat melihat hubunganmu makin erat. Aku benci mendengarkan curahanmu, aku benci melihatmu bahagia tidak denganku. Aku juga benci melihatmu menangis karena pengabaian yang ia jeratkan untukmu. Sekarang, aku mengerti bahwa bukan hanya aku yang menjadi pihak ketiga, karena ada dia yang selalu menjadi peran utama yang selalu kautunggu-tunggu kehadirannya. Ah… aku benci ini!

Lagi, aku yang salah yang tak segera berhenti mencintaimu. Aku terlalu berharap bisa menjadi orang yang kaucari setiap hari-harimu. Aku tidak bisa menjadi siapa-siapa dalam dirimu. Kamu yang tak pernah bisa kugenggam dengan jemari, hanya bisa terangkul dalam doa. Pastinya kamu akan tahu siapa yang akan pergi. Tentu, aku sudah bosan menjadi pihak ketiga. Mungkin, aku terlalu berharap dan pastinya aku akan selalu mendoakan kamu dan hubunganmu. Semoga kamu tahu, aku benci menjadi pihak ketiga.

Dari orang yang kehabisan cara
mengungkapkan perasaanya.

Tuesday, April 2, 2013

April Mop! //


Rexa membenci April Mop. Mengapa yang dipermainkan menyangkut perasaan? Suasana kampus sangat tepat. Tiba-tiba hujan. Sempurna bagi Karina untuk mengerjai si Mata empat. Rupanya, Karina sudah tahu perasaan Rexa sama seperti perasaan yang dipendamnya selama ini. Tapi Karina masih belum cukup puas tentang perasaan Rexa. Ia masih bersama pria lain itu mencari-cari Rexa. Ketemu kamu! Gumam Karina dalam hati. Kali ini, ia tidak saling bergenggaman, tapi saling merangkul dengan pria itu. Ini cobaan buat Rexa yang selalu memendam perasaannya. Hati Rexa sepertinya hancur. Ada sesak yang tak bisa diutarakan. Rexa cemburu buta.
Rencana Karina memuaskan dirinya sendiri. Ia sudah sangat tahu bahwa Rexa amat mencintainya. Lalu, ia meninggalkan pria itu. Namun, Rexa sudah berlari kearah mobilnya dengan pakaian yang seluruhnya hampir basah. Karina yang melihat Rexa memperhatikannya, menerobos hujan kearah Rexa yang berdiri disamping pintu mobil. Rexa berdiri disana dengan payung yang tak bisa terbuka.

“ April Mop!!! Kamu pasti cemburu? “ Karina menghampiri mobil Rexa. Ia tidak Nampak bersalah dan tidak tahu bahwa ia telah menghancurkan hati Rexa. Tangannya menadangi kepalanya yang sudah basah kuyup.

“ Itu pacar kamu? Aku… nggak cemburu kok. “ Rexa membohongi perasaanya. Ia pura-pura membetulkan kacamatanya. Terkadang, orang harus membohongi dirinya sendiri karena tidak ingin ada yang ikut merasakan. Ada rasa yang amat menyakitkan ketika cemburu namun tidak dapat bertindak apa-apa.

Hujan semakin deras. 

“ April Mop!!! Kamu bohong deh, Rex.”  Sekali lagi bagi Karina. “ Ini cuma bohongan kok, ini kan cuma April Mop, Rex. Ayolah! “ Kali ini Karina tahu, ia menghancurkan hati Rexa.

 Rexa membeku sesaat. Dinginnya hujan seakan membekukan bibir Rexa.

" Ini hujan deras banget, Rin. Nanti kamu sakit." Tangan Rexa mencoba menadangi kepala Karina.
" Aku gak peduli, Rex. Aku cuma minta maaf dan ini semua rencana konyol yang aku buat."

Rexa benci perlakuan Karina yang seperti ini. Ia sungguh tidak bisa marah dan tidak menyesal memperdulikan orang yang salah. Apa setiap cinta tumbuh pada orang yang salah sebelum tumbuh pada orang yang tepat ?
Bibir Rexa menggumam. Ia ingin berteriak, melontarkan perasaan yang ia pendam sejak lama. Namun, hujan membuat Rexa lebih fokus melindungi Karina. Rexa membuka pintu dan menyuruh Karina masuk kedalam mobil. Mereka sama-sama kedinginan.

“ Aku tuh cemburu! Aku sayang sama kamu, Rin! Aku memendam semua ini karena tidak ingin merusak kedekatan kita! “ Rexa mengungkapkan semua yang ia rasakan. Dengan tubuh yang gemetar , Karina telah sadar. Ia meminta maaf kepada Rexa. Tiba-tiba, ada hujan dimata Karina. Air mata.

“ Maafin aku, Rex. Aku juga sayang sama kamu. Aku memendam rasa yang sama seperti kamu. Aku terlalu takut jika kamu tahu aku cinta sama kamu! “ Karina mengusap-usap telapak tangannya, Karina menangis dan menjatuhkan kepalanya dipundak Rexa. “ Aku cuma ingin tahu perasaan kamu, dan sekarang kita saling tahu perasaan masing-masing. “ Rexa terdiam mendengar semua perkataan Karina. Tangan Rexa mulai membelakangi tubuh Karina. Ia memeluk Karina dengan erat.

“ Aku tahu, kita tidak selamanya menjadi teman. Aku mencintai kamu dan kamu juga sebaliknya.” Rexa ingin lebih dari teman. Iya, Karina-pun ingin lebih dari teman.

Mereka lelah memendam. Mereka lelah menahan perasaan yang terus tumbuh diluar batas kewajaran.  Mereka tidak pernah salah soal memendam. Begitupun cinta; tidak pernah salah jika merekatkan kedua orang yang hobbynya memendam.

“ Lagi pula, tadi cuma April Mop kok, Rex. “ manja Karina dipelukan Rexa.  
“ Gak peduli, aku sebel sama kamu, Rin.” Rexa memasang wajah cemberut. Karina tahu, ia tak sungguhan cemberut.

 Mungkin memang cara Karina yang salah, namun jika tidak dengan cara yang salah dia tidak pernah tahu perasaan Rexa. Mungkin juga salah Rexa yang lebih memilih untuk memendam. Menurut mereka, memendam lebih baik karena tidak akan ada yang tersakiti selain hati sendiri.

“ Yaudah aku minta minta maaf, Rex. Aku sayang kamu! “ Pelukan Karina semakin erat.

Rexa tidak menjawab. Ia terlalu hangat dalam pelukan Karina. Hati Rexa yang hancur kembali utuh saat Karina menjatuhkan tubuhnya kepelukan Rexa.

“ Jadi, April Mop tahun depan, jangan bikin aku seperti ini lagi ya, Rin ?! “

Ciuman kecil melekat dibibir Rexa.

Monday, April 1, 2013

April Mop!


Awal dibulan april, Rexa terbangun dengan malas. Ia lalu mandi dan berangkat kekampus. Sampai dikampus, Rexa berjalan dengan mata masih terkatup-katup. Semalam tidurnya memang kurang nyenyak. Ada sosok yang mengganggu pikirannya. Ada sosok yang meremas-remas hatinya. Karina. Iya, wanita dengan rambut agak melewati bahu yang menyita waktu tidur Rexa untuk memikirkannya.

Mata Rexa dengan teliti mencari-cari sosok Karina.

             “ Rin! “ sosok itu menerobos kacamata Rexa. Dengan berjalan cepat, ia menuju kearah Karina.
 “ Hai! Selamat pagi. “ sapa hangatnya seperti meremukkan tulang-tulang paha Rexa. Lengkungan pipinya sangat manis.
                Rexa membetulkan tas yang digendongnya. Sesekali matanya menyorot bola mata yang bulat dan indah milik Karina.
“ Kamu ngelamun apa sih ? Masih pagi juga.” Cubitan manis Karina melekat dilengan kokoh Rexa
“ Nggak kok gak apa-apa. Udah sarapan ? “ Sial! Aku kurang puas menatap matanya. Dalam hati Rexa berkata seperti itu.
“ Belum nih. Kamu udah sarapan? “ Perkataannya menghangatkan telinga Rexa. Kemudian, ia diam seperti roh meninggalkan tubuhnya.  Lagi-lagi Karina mencubit Rexa. Perlakuan keduanya sangat manis namun miris. Rexa mencintainya tanpa diketahui Karina. Begitupun sebaliknya. Mereka saling mencintai, namun hati menjaga perasaan mereka baik-baik.
“ Aw! Sakit tau. Kebetulan, sarapan bareng lagi yuk! “ Rexa mengelus-elus tangannya yang memerah karena cubitan Karina.
“ Lagian bengong terus. Nanti kesurupan lho! Hehehe.. yaudah kita sarapan yuk! “ Lengkungan bibirnya membuat si Mata empat nyaman, tatapannya teduh. Mereka berjalan menuju cafe kampus.
 Karina memang begitu, hobbynya menyubit tangan orang. Tapi, bagi Rexa, meskipun ia memiliki kulit yang agak sensitif, ia rela menahan sedikit sakit demi dekat dengan Karina. Sungguh manis, romantis namun miris. Keduanya saling memendam perasaan yang sama tanpa diketahui pihak masing-masing. Rexa lebih suka memendam ketimbang bercerita tentang perasaanya keteman-temannya. Begitupun Karina. Ia lebih tertutup soal hati. Entah mengapa cinta mempertemukan kedua sosok yang amat suka bersembunyi dibalik perasaannya masing-masing ? Cinta memang tidak pernah salah tembak. Tapi ini akan menyiksa keduanya. Miris.
***
Mereka sarapan bersama. Sesekali tatapannya beradu dilintasan. Sesekali tangan mereka bersentuhan layaknya kesengajaan. Sungguh ini betulan! Ada degup jantung dari balik rusuk keduanya. Manis.
“ Ini minumnya, tuan Putri. “ ledek Rexa dengan tertawa kecil.
“ Terima kasih, Pangeran. “ Karina tertawa geli. Sungguh ironi, mereka sangat romantis namun tembok gengsi menahan perasaan keduanya agar tidak terlalu meletup-letup. Mereka beranjak dari tempat makan itu, kemudian berjalan menuju kelas masing-masing
.
Kelas mereka berbeda dan agak berjarak. Mereka berpisah didepan tangga, disana juga mereka bertemu dan memulai aktifitas seperti biasa, terus-menerus. 

Sepanjang mata kuliah, Rexa memikirkan Karina. Kali ini benar-benar otaknya penuh bayangan Karina. Rexa memikirkan berbagai cara untuk mengungkapkan perasaannya. Tak mungkin selamanya ia memendam perasaan itu. Selama mata kuliah, Rexa juga memenuhi otak Karina. Ia ingin tahu, apa Rexa memiliki rasa yang sama atau tidak. Namun, dengan cara yang salah. Karena hari ini adalah April Mop, Karina berakting dengan meminta bantuan temannya untuk berpura-pura menjadi kekasihnya. Ia sungguh penasaran dengan isi hati Rexa.
***


Rexa berlari kecil menuju tangga; tempat ia biasa menunggu Karina. Sungguh pemandangan yang memuakkan bagi Rexa. Lensa kacamatanya menyorot kearah Karina yang berjalan santai dengan senyuman kecil bergenggaman tangan pria lain. Apa itu kekasihnya Karina yang baru? Kenapa dia tidak menceritakannya padaku ? Sudahlah! Rexa menggumam cemburu dalam hati. Hatinya tergores. Pikirannya runtuh seketika. Senyumnya memudar. Karina berjalan mendekati tangga tempat Rexa berdiri. Ini akting yang sempurna bagi Karina, tapi memuakkan bagi Rexa.
“ Lagi nunggu siapa Rex? Sendirian aja.” Perkataan Karina seakan memperparah keadaan. Apa aku harus melihat pemandangan ini? Gumam Rexa dalam hati. Ia tidak membalas sapaan Karina. Ia langsung turun ke tangga, mengabaikan Karina bersama pria lain itu yang direncanakan Karina untuk membohongi dan mencari tahu isi hati Rexa.

Ada gerimis kecil dimata Rexa yang tidak ia sadari.
Gerimis kecil itu bernama air mata.

Saturday, March 30, 2013

Dalam Kepungan Hujan


 Dalam kepungan hujan seperti ini, tak ada kehangatan yang dibuat sepotong cinta. Hanya membuat kekhawatiranku yang semakin deras. Sungguh, tak ada segenggam erat tangan yang menghangatkan jemari-jemariku juga tak ada sepasang jemari yang saling melengkapi setiap sela-sela jariku. Dalam cuaca seperti ini, aku tidak seperti pasangan kebanyakan; yang sibuk menghangatkan satu sama lain; saling berpelukan.

Aku sibuk mengucap doa yang tak mungkin juga kauucap dalam hujan seperti ini. Kini, aku sibuk mencari tahu kabarmu; masih mencari-cari bayangmu yang tak mungkin kugenggam dengan jari. Aku menjaga api rindu yang terus ditiup angin. Mungkin, kamu sedang menjaga peluknya, atau sedang bercumbu dengannya. Seharusnya aku tak memikirkan itu. Aku sibuk merindukanmu.

Waktu yang terus melaju tak dapat diputar kembali. Namun, memory ingatanku masih bekerja dengan sangat baik; mengingat setiap peristiwa-peristiwa. Tapi, mengapa begitu cepat berlalu? Apa setiap peristiwa manis selalu begitu ?

Ingatanku masih bekerja dengan baik; saat kita melawan hujan, dan saat itu aku masih bisa merasakan hangat pelukmu meski cuaca dingin kala itu hamper mengalahkan hangatnya pelukmu. Sungguh, kala itu aku tidak pernah berharap sebahagia waktu itu. Entah mengapa kenyataannya sekarang jauh lebih miris? Aku menjadi sangat takut kehilanganmu. Dan apalagi kamu yang sudah pergi menjauh. Mungkin sekarang kamu sudah tidak takut kehilanganku juga sudah tak menyimpan rindu sepertiku.

Dalam kepungan hujan seperti ini, kamu tidak mungkin kedinginan; karena ada Dia yang mulai mengganti keberadaanku. Padahal, dulu, akulah yang selalu kauinginkan keberadaannya. Mungkin aku yang terlalu hebat mencintaimu; tidak peduli seburuk apa dirimu dan masa lalumu. Kamu tidak akan pernah peduli tentangku sekarang.

Ini tentang kita, dan pasti kamu sedang menatap hujan. Lagi-lagi, bersamanya. Sayang, bukan aku yang disampingmu sekarang. Lalu, mengapa kamu membutuhkanku disaat Dia tak bisa menemanimu ? Apa aku sekarang menjadi tempat yang paling kaubutuhkan; hanya saat-saat tertentu ? Maafkan aku jika aku menutup diri sekarang. Ini tentang kita, dan pastinya kamu sudah bosan jika kuceritakan tentang ‘kita’ terus-menerus.

Sekali lagi, aku masih sibuk merindukanmu juga sibuk mencari-cari bayangmu yang tak lagi terangkul oleh pelukan. Aku hanya bisa mendoakanmu dan hubunganmu. Dalam kepungan hujan ini, aku kedinginan. Aku butuh pelukanmu.

16:30

Friday, March 29, 2013

Apa kabarnya ?


Aku tidak tahu bagaimana meluruskan jalan pikiranmu. Ketika kamu masih berhubungan denganku, kamu mencintai orang lain. Seseorang yang mungkin sudah lama menjadi cadanganku. Lalu, apa kabarnya “setia” yang kaubicarakan selama ini ? Pantas saja kamu menghilang tanpa kabar; tiba-tiba. Sungguh, aku bertanya-tanya pada diriku sendiri; apa caraku untuk menunjukkan perhatian terlalu keras. Aku yang salah atau kamu yang hebat bisa mengendalikan otakku sehingga aku terus merendah dan menyalahkan diriku sendiri. Sepertinya kamu yang hebat. Sungguh.

Sudah tak bisa kuhitung lagi, ini jumat keberapa bagi kita. Aku salah, tak ada kita lagi, bukan ? Tak ada kita yang dulu. Aku bingung dengan caramu menjauh dari hidupku. Tak ada kata pisah, hanya kamu yang pergi tanpa izin atau kata-kata perpisahan yang puitis. Lalu, apa kabarnya hubungan aku dan kamu ? Atau bisakah kamu bertahan sebentar disini ?

Pelukmu tak lagi jadi milikku, begitu juga pelukku. Saat kaupergi, ada beberapa wanita yang datang kepadaku; dengan hati yang lirih; memintaku untuk memeluknya sejenak. Aku memeluknya, namun ada rasa yang tak hangat, rasa yang berbeda; tidak seerat dan sehangat kita berpelukan. Saat kautak lagi menanyakan kabarku, mereka begitu rajin menanyakan kabarku. Aku bilang “kabarku sangat baik” dan itu saat aku masih bersamamu. Maksudku, kautahu kabarku sekarang, ‘kan ?

Aku terjebak. Lebih tepatnya, aku sengaja menjebakan diri dalam hatimu. Harapanku salah, kamu yang kukenal dulu tidak menyakitkan seperti sekarang; perhatianmu tak sedalam perhatianku. Lalu, apa kabarnya perhatianku yang selalu kauabaikan ?

Harusnya hari esok menjadi salah satu hari membahagiakan. Sayang, kita terbelah dua menjadi aku dan kamu. Aku sendirian dalam duniaku, kamu bersamanya dalam duniamu. Dan aku sadar, kamu mengendalikan otakku agar aku yang terlihat salah lebih banyak dalam hubungan kita dulu. Aku tidak merindukanmu, tapi merindukan kita. Dan apa kabarnya kita ?
29-03-13
Jika kamu ingin pergi jauh, aku pasti bisa mengingatmu lebih baik.

Tuesday, February 26, 2013

Untuk wanita egois pengidap Insomnia

                " Masa lalu akan menjadi sosok menyenangkan dimasa depan. Semua yang pernah terjadi ada kemungkinannya terulang. "


Sekarang tidak pernah seperti dulu. Dulu, dari awal membuka mata hingga mata tertutup kantuk selalu diisi dengan senyuman dan kebahagiaan. Sekarang, ketika bangun hingga tidur kembali selalu diisi pertengkaran kecil yang Dia besar-besarkan. Egois! Selalu saja ingin menjadi pemenang dan tak pernah mengalah. Dia jadikan aku seperti tempat sampah, tempat dimana ia menumpahkan emosinya saat ia sedang merasa lelah dengan dunianya. Dia tak pernah berpikir bahwa aku juga pria yang punya perasaan, bukan sekedar tenaga.  Dia tidak pernah tahu, menjadi aku bukan perkara mudah.

Setiap kali ia lelah dengan dunianya, ia datang kepadaku. Melimpahkan segala kekesalannya diwajahku, memangnya aku ini penampung kekesalan ? Seringkali aku terdiam melihatnya, tingkah lakunya dan semua berjalan tanpa persetujuan dan juga keinginanku. Sungguh, aku sangat lelah! Menjalani hubungan dengannya seperti lari ditempat, dimana hanya aku yang berkorban hanya untuk lawan jenisku. Harusnya ia menopang kaki-kakiku bukan memaksa menegakkan pendirianku. Harusnya ia sudah kulepas, hanya saja rasanya jeratan hubungan masih terasa amat erat.

Aku lelah dengannya, sikapnya tak sama sekali dewasa. Seringkali menghinaku “bocah” namun dia tidak pernah introspeksi diri. Memang, kemunculannya membuatku semakin dewasa, tapi sayangnya ia mendewasakanku dengan cara yang salah. Semua hal-hal sepele dijadikannya masalah besar yang sulit dibasmi. Masalah waktu, masalah kesibukkan, masalah komunikasi, dan masalah-masalah kecil lainnya seketika berubah menjadi “monster”. Seharusnya, kita tak pernah berhubungan. Dia seringkali dengan mudahnya mengucap cinta dan menaruh keyakinan pada orang yang dicintainya. Dan mungkin orang yang ia cintai membawa pergi kepercayaannya karena memang sifatnya menjengkelkan. Pantas saja banyak pria yang mendekati ia lalu meninggalkannya diam-diam, karena memang tidak tahan.

Asalkan dia tahu kenapa aku bisa bertahan sampai sejauh ini ? Karena Kamu yang melatihku. Iya… Kamu! Orang yang selalu ada diinbox handphone ketika menjalani 24 jam aku. Jujur, aku merindukanmu; merindukan kita yang dulu. Aku merindukan sosok cuekmu itu, sekarang rasanya aku kehilanganmu. Sekarang, jarang sekali ada kamu di inbox handphoneku dan aku sudah tahu betul rasanya kala setiap bangun pagi dan tidur malam tak ada sapa hangatmu. Aku kehilangan sebagian diriku karena kamu juga pergi dari hidupku.

Setiap waktu luangku, rasanya ingin sekali kembali ke masa lalu, dimana ada kamu, ketika masih ada sapa hangatmu saat bangun pagi hingga tidur malamku. Saat kamu ingin diperlakukan lebih dari teman, saat rindumu menyelemuti bunga tidurku, saat suara dari bibir tipismu mengguncang pikiranku, saat aku tak pernah menjadi tempat sampah saat kamu lelah dengan duniamu. Kala itu, kita menjadi peran utama dalam cerita kita. Kadang, aku masih berpikir saat kesepian, apakah aku harus mengirim sms atau menelepon lebih dahulu ? Aku hanya takut kamu tak membalasku.

Sekarang, kamu harus tahu bahwa rekaman kenangan-kenangan dahulu sering kuputar diotakku. Otakku bekerja keras setiap kali ingin memejamkan mata, mengingat-ingat semua perlakuan lembutmu, perhatian hangatmu, dan yang tak pernah kulupakan; kamu menggigit bibirku dengan gemas. Sayangnya, aku yang bodoh, yang tak bisa mengusir bayangan masa lalumu dulu. Aku teringat malam itu ketika itu aku marah besar, menahan cemburu karena kelakuanmu. Ketika kamu menghampiriku, memintaku menemani kamu yang kala itu kesepian.

Pagi itu memang indah, saat kamu menggelayutiku, saat kamu menjepit hidungku dengan kedua tanganmu. Ingatkah saat kamu membicarakan tentang Pre Wedding dan kamu mempermasalahkan cincin. Saat jemari mungil kamu mempermasalahkan cincin, karena jemariku memang lebih besar dari jemarimu. Saat kamu tidak ingin memakai gaun pengantin saat menikah nanti. Saat membawakan obat alergi kerumahmu, aku bertanya-tanya mengapa hal-hal indah pasti begitu cepat terlewatkan dan tak pernah terulang ?

Saat ini, hubunganku  dengannya sudah retak, dia tak seperti kamu yang selalu ingin dianggap lebih dari teman, dia tak seperti kamu yang tidak pernah bertindak kasar, dia tak seperti kamu yang selalu mencari jalan keluar ketika sedang dilanda masalah. Aku butuh kamu, aku merindukanmu, aku butuh senyummu juga hadirmu disini. Aku kebingungan, aku terus memikirkanmu. Dimana kamu ? Tolong balas rinduku!

Sudah larut namun mataku tak kunjung merasa kantuk. Aku bisa menandingi insomnia yang selalu menggangu pola tidurmu. Memang sudah berwarna kehitaman dibawah mataku, karena kamu tak pernah tahu apa yang mengganggu tidurku; Aku memikirkanmu.  


Untuk wanita egois pengidap Insomnia
Semoga kamu membaca tulisan ini
26 februari 2013 19:24
Aku merindukanmu!

Tuesday, February 5, 2013

Tersenyumlah


Tersenyumlah saat kau mengingatku karna saat itu aku sangat merindukanmu & menangislah saat kau merindukanku, karena saat itu aku tak berada disampingmu.Tetapi, pejamkanlah mata indahmu karena saat itu aku akan terasa ada didekatmu, karena aku telah berada dihatimu untuk selamanya.. Tak ada lagi yang tersisa untukku selain kenangan-kenangan yg terindah bersamamu. Dengan tatapan matamu, aku bisa melihat keindahan cinta,mata indahmu yang dahulu adalah milikku, kini semua terasa jauh meninggalkanku. Kehidupanku terasa kosong tanpa canda tawamu. Hati,cinta dan rindu adalah milikm. Cintamu takkan pernah membebaskanku. Dan bagaimana mungkin aku terbang mencari cinta yang lain saat sayap-sayap ku yang telah patah karenamu.. 

Cintamu akan tetap tinggal bersamaku, hingga akhir hayatku. Hingga tangan Tuhan menyatukan kita lagi. Betapa hati telah terpikat saat sosok terang dalam kegelapan yg telah menghidupkan sinar hidupku, namun tak dapat menyinari&menghangatkanku. Perasaanku sesungguhnya tidak pernah bisa menemukan cinta selain cintamu. Karena mereka tak tertandingi oleh sosok dirimu dalam jiwaku. Kau takkan pernah terganti bagaikan pecahan logam mengekalkan kesunyian, kesendirian,dan kesedihanku.. 

Kini aku telah kehilanganmu 

Aku menyerah, tak sanggup , dan sudah terlalu lelah mengukir senyuman dibibir tipismu. Maafkan aku yang tidak bisa menjaga anugrah darimu ya Allah. Dan aku fikir tugas ku sudah selesai. Bagiku, Dia terindah. Dia segalanya dan kini aku telah kehilangannya. Tidak hanya raga begitupun cintanya. Salahku tak menjaga dia dengan baik, salahku tak ada ketika dia kesepian, salahku juga yang tak mengunci langkahmu ketika hendak pergi.

Maafkan aku,  ini salahku. Kini, aku biarkan kamu bebas menentukan jalan hidupmu. Jaga dia, Tuhan ! Berikan dia seseorang yang lebih baik dari diriku. Seseorang yang bisa menemani ketika dia kesepian, seseorang yang bisa membuat dia selalu bahagia, seseorang yang mau mendengarkan keluhkesahnya, seseorang yang mau melepaskan kegundahan hatinya,
Seseorang yang bisa menegurnya dengan kelembutan ketika dia berada dijalan yang salah, dan seseorang yang mencintainya sepenuh hati.

Dan akhirnya, aku mengerti bahwa kau diciptakan untuk menyakitiku. Aku sadar kau datang tiba-tiba, lalu menghilang seperti sekelebat bayang. Seandainya aku bisa menggunakan sihir, aku ingin menghancurkan mimpiku atau mimpi kita dulu yang sekarang begitu amat sakit merantaiku. Entah mengapa aku tidak bisa marah ? 


Dari orang yg tak perlu kautahu inisialnya

17JN11 22:40

Friday, January 25, 2013

Aku (bukan) Seperti Kekasihmu Dulu

Aku seperti kekasihmu dulu, Putri. Tapi, mengapa kamu selalu menyamakan semua yg ada dalam diriku dg dirinya ? Kaubilang, setiap perkataan,perlakuan, bahkan intonasi suaraku yg kaubilang lembut dan menghangatkan gendang telinga; sama seperti kekasihmu dulu. Setiap hari rasanya berbeda dan semakin mengkhawatirkan. Tubuhku yg mungil juga kaubilang sama sepertinya. Apa aku manusia yg sama yg dulu pernah kauciumi pipinya dg penuh cinta ?

Kalau iya, mengapa aku tak pernah mendapat perlakuan yg sama ? Mengapa kautak mencium pipi atau keningku dg penuh cinta ? Dan aku juga bingung, katamu aku mirip sekali dg dia, lalu kenapa kamu tidak yakin kepadaku ? Atau aku yg tolol tidak bias menumbuhkan keyakinan disudut dingin hatimu ? Salahku atau salahmu yg trauma menaruh harapan dan keyakinan kepada orang yg kini kamu cintai atau orang yg pernah kamu cinta ?

Adakah perbedaan aku dan dia (mantanmu) ? Kurasa, fisikku memang lebih buruk sepertinya, daripada fisik mantan kamu yg selalu terlihat sempurna dan menawan dimata sipitmu. Adakah perasaan jenuh yg kurasakan juga kamu rasakan ?

Biarkan aku menjadi diriku sendiri, tidak usah menginginkan aku seperti yg kauminta. Itu sulit, Sayang. Tidak perlu juga menjadikan atau menganggap aku seperti kekasihmu yg dahulu. Biarkan dia dg kebahagiaannya, sedangkan kamu dibiarkannya denganku; kekasihmu kini. Aku juga tak pernah memintamu seperti kekasihku dahulu, pasti lebih sulit. Karena sifat mantanku dulu sangat rumit, aku saja tidak bisa mendeskripsikannya. Sudahlah, jangan memintaku untuk menjadi yg kauingin. Apalagi menjadi seperti orang yg dulu pernah mengisi hari-hari kosongmu.

Aku juga sama sepertinya; mengisi hari-hari kosongmu, menghangatkan sudut-sudut dingin hatimu juga menyembuhkan trauma yg kaualami. Tahukah perasaanku dg sikapmu yg selalu menyamakan aku dg mantanmu ? Kalau kamu tidak tahu, biar aku yg memberi tahumu. Kamu mau tidak disamakan dg orang yg tak pernah benar-benar mirip denganmu ? Jika tidak, aku juga tidak. Mengertikah kamu sekarang ? Tolong, perlakukan aku seperti perlakuanmu kepada kekasihmu dulu.

Sekarang, setiap malam ucapan ‘Selamat malam’ sudah tak penuh kata-kata manis lagi, aku takut kamu makin menyama-nyamakan aku dg dia lagi. Sadarkah kamu ? Aku kekasihmu sekarang, Dia kekasihmu dulu.

Thursday, January 24, 2013

Dalam Kesibukkanku


Selamat pagi ataupun selamat malam, maaf lagi-lagi kesibukkanku tidak sengaja merenggangkan hubungan kita. Tak apa, kesibukkan ini hanya sementara, kok. Aku masih disini, tak memerlukan wanita hebat lainnya; yg sama dalam bidang dikesibukkanku. Hati kecilku percaya, kamu itu nampak kesepian, tak ada bayangku yg selalu siap menemani. Sekali lagi, sibukku cuman sementara, kok. Aku juga melatih kesabaran dan kesetiaan kamu, mencari tahu lebih tentang dirimu yg terlihat sederhana, namun sulit dideskripsikan.

Tuan Puteri, maaf jika aku sering mengabaikan nada tanda pesan juga nada panggilan darimu. Firasatku merasa kamu sedang merindukanku. Lebih tepatnya, sangat merindukanku, benarkah firasatku ? Kalau benar syukurlah, aku juga sangat merindukanmu dg sembunyi-sembunyi disela-sela waktu sibukku.

Kita benar-benar jauh, atau kamu yg sengaja menjauh ? Mencari-cari keramaian dan kesenangan sendiri, pedulikah padaku ? Mungkin, tulisan dan suara yg terkirim melalui alat komunikasi tak menyadarkanmu kalau aku begitu merindukanmu. Rumit memang, apalagi kamu yg sudah jarang membalas rinduku itu. Bagiku, sekarang sedikit asing dirindukan olehmu, juga mendapat emoticon kiss dan big hug. Semua tentang kita hanya masalah, masalah dan masalah. Aku tidak mempermasalahkannya karena memang bukan masalah, sayang. Kamu saja, terlalu menilainya buruk, langsung cepat menanggap, akhirnya hubungan kita yg merenggang.

Tuan puteri, kamu itu amat hebat, menceritakan masalah ke semua sahabat kamu. Ketahuilah Nyonya, ceritamu itu terlalu berlebihan, dan bersyukur aku masih menjaga dg rapih semua ceritamu, sungguh. Aku jadi ingat, semenjak kau membongkar ceritamu, hubungan kita jadi semakin sering diterpa angin kencang yg namanya ujian. Kamu sudah merasa lelah lebih dulu, tak tahan dg situasi, lalu mencoba melepasku. Semua ditanganmu, Nyonya. Apa kau menyalahkan kesibukkanku ? Jika iya, lebih baik menyalahkan kesenanganmu itu. Ketahuilah, aku menyibukkan diri untuk melatih jika kelak menjadi pasanganmu.

Sekarang, kesibukkanku berkurang namun cintaku tak sedikitpun berkurang. Tapi, ucapan selamat pagi atau selamat malam darimu sudah jarang mengisi inbox. Aku rela menunggu kamu tidur meski kadang aku yg terlelap lebih dulu. Kita hanya tahu melaju, mendayung perahu yg kita buat beberapa bulan lalu. Aku tak tahu sampai kapan harus seperti ini. Kini, kesibukkanku sudah berkurang. Tuan puteri, aku akan bertahan, terus berjuang sampai tua sampai aku duduk rapih dikursi roda ataupun sebaliknya. Sampai kamu mengecup keningku disaat terbujur kaku atau sebaliknya. Wanita egois nan manja penyebab warna hitam dibawah mataku.


Sunday, January 20, 2013

Terima Kasih (End)

Lanjutan dari Terima Kasih //

Aku tidak bisa mengendalikan perasaanku. Maaf saja jika huruf-huruf yg kujadikan satu cerita sedikit berantakan. Aku terlalu senang dan menerimanya dg baik. Berbunga-bunga rasanya. Mungkin hanya ketertarikan sesaat. Aku langsung melihat bio twitternya, tak ada nama pacar ataupun orang yg dimilikinya. Sempurna. Dalam benakku, sangat bebas mendekati seseorang yg masih sendiri alias Jomblo. Sepertinya, si Sipit terus memaksa masuk kedalam hatiku. Atau hanya perasaan berlebih saja ? Sudahlah, hal seperti ini saja membuatku merasakan sejuk tepat diluka hati ini. Semenjak hari itu, tak ada lagi sedih dan benar-benar tidak ada. Si Sipit itu membuat duniaku lebih ceria. 

Matanya yg semakin sipit saat tertawa, rambut gondrong yg selalu berantakan. Lengkap. Aku belum pernah memiliki pasangan . Itu cukup lucu. Aku mulai merasa nyaman, suka, dan selalu tertawa dekatnya. Sosok yg aku intip dari luar jendela. Sosok yg selalu mendengarkan lagu dg earphone kusut yg selalu kucabut satu untuk didengarkan bersama. Sudah ada dia yg mengisi kotak masuk dihandphoneku. Selalu ada dia dihadapanku, menawarkan bekal nasi goreng yg rajin dibawanya. Sosok yg mampu menghangatkan dan mendinginkan suasana. Wajahnya selalu kureka-reka dalam benakku. Hanya saja, aku tak tahu, apakah dia merasakan seperti yg kurasakan. Baru 3 hari saja, aku sudah banyak berharap. Apalagi semenjak tweetnya selalu muncul ditimeline. Rasanya, tak bisa menghindar. Selalu saja. Aku takut kehilangannya.

Aku dan Thama sering menuruni tangga bersama, makan dikantin bareng, berduaan ditembok depan kelas, berfoto-ria berdua layaknya pasangan. Romantis. Kapan aku memilikinya ? Aku mulai mengkhawatirkannya.

Thama sering memberi perhatian dan aku juga begitu. Semua mengalir begitu saja. Aku merasa dunia dan waktu berkonspirasi mempertemukan 2 hati yg mencari-cari. Bersama dengan langit yg selalu memperhatikan. 
Kala itu turun hujan kecil. Cukup membasahi jalan dan pohon-pohon diluar. Aku sudah mempunyai janji dg Thama. Menghabiskan hari terakhir dibulan November. Aku dan Thama, bersama dalam 1 malam yg dingin. Thama memberikan jaketnya untuk kupakai. Lalu berjalan menikmati jalanan yg sudah dibasahi langit. Lembab, namun hangat dalam bekapan Thama. Lipatan tangannya mehangatkan telapak tanganku. Membicarakan semua tentang cinta. Aku hanya mendengarkan, dia hanya berceloteh panjang lebar. Bercanda diatas jalan yg basah.

Hampir larut, kehangatannya masih melekat. Kini, aku tahu Thama memiliki perasaan yg sama. Thama mencintaiku. Aku mencintai si Sipit juga. Sederhana dan sempurna. Tak bisa aku ceritakan semuanya lagi. Si Sipit itu membuatku gila! Cintanya menjalar kesudut-sudut sempit dan gelap dihatiku. Membuka mataku bahwa cinta itu indah, luka hanyalah sebagian keindahan dalam bercinta. Sekali lagi, terima kasih tlah membuat diriku gila akan cintamu, Tha.

Terima kasih, Sipit...!

Love ♥
Fikri 

Tuesday, January 15, 2013

Semoga saja...


Aku menatap handphone beberapa saat, memandangi seluruh isi kota dari balkon apartemen , memegang secangkir kopi hangat yg kubuat sendiri.  Mengendalikan leher keatas sesaat, menatap langit berharap masih ada kamu diantara bintang-bintang yg bertebaran rapih. Lalu, kutundukkan kepala menatap kebawah sejenak sambil berdoa untukmu. Aku tidak pernah tahu sudah berapa kalimat-kalimat doa yg didalamnya kuselipkan namamu. Aku tidak memperdulikan itu, karena kamupun tidak pernah pedulikanku. Kapankah kamu peduli ? Kapankah kamu mencintai aku seperti aku yg begitu mencintaimu. Kutegakkan kepalaku, lalu menyeruput panjang kopi hangat. sluuurrrppp...

Salahkah jika namamu kuselipkan dalam doa secara diam-diam ? Berdosakah aku ? Apa dalam doa kamu terselip namaku juga ? Kurasa tidak, tidak sama sekali! Dirimu hanyalah angan-angan yg selalu menggantung, sulit dideskripsikan apalagi diwujudkan. Mungkin, aku orang yg beruntung mengenalmu dan dekat dengan sosokmu. Tidak lebih beruntung dg orang yg memiliki kamu sekarang. Memainkan bayanganmu diotakku, memaksa bayanganmu menari-nari indah agar sosokmu selalu hadir dalam pikiranku. Ya, hanya dipikiranku dan tak pernah ada dihadapanku. Mengerikan…

Setiap pagi, siang, sore, malam dan pagi lagi, perasaan ini terus tumbuh melewati batas yg tidak pernah ada dalam hatiku. Secara diam-diam, tanpa tindakan, begitu mudahnya kamu menyakitiku. Apa aku yg terlalu perasa atau kamu yg tidak pernah peka ? Aku mencintaimu lebih dari yg kautahu. Harapanku terlalu besar untuk memilikimu, hingga terasa sakit saat sosokmu tak lagi terangkul dalam pelukan angan-anganku. Kamu yg tidak sengaja mengisi ruang kosong sudut-sudut gelap hatiku. Entahlah, aku terlalu takut melihatmu t'lah dimiliki wanita lain. Aku sulit melupakanmu dan berhenti berharap.

Sudah larut malam, harusnya aku sudah diranjang tidur lalu kembali memimpikanmu. Kali ini tidak, aku berdiri sendiri dibalkon membiarkan angin malam menusuk tulang-tulangku. Aku ingin melupakanmu meskipun sulit. Bisakah kamu menghargai perasaanku sedikit saja ? Agar aku tidak terlalu banyak berharap. Dan tidak mungkin juga merasakan hal yg sedang aku rasakan. Aku melirik jam dinding, melihat semua yg terlihat dari atas apartemen, sepi, gelap, dan dingin.  Semoga rasaku ini cepat pergi dan tidak ada sosokmu lagi yg sering menggangu tidurku melalui bunga tidur.

Selamat tidur, Pangeran. Aku masih saja mengharapkan kamu. Semoga ketika aku terbangun, aku merasakan nyatanya cinta darimu. Selamat malam, selamat pagi, selamat siang ataupun selamat malam lagi…

Fikri ♥

Tuesday, January 8, 2013

Terima Kasih //


Rasa penasaran ini berubah menjadi rasa takut. Aku seperti dikejar malaikat maut. Khawatir. Keringat mulai bercucuran sedikit-sedikit. Aku membuka pesan singkat misterius itu perlahan. Dan ternyata, hanya pesan singkat dari orang yg mengambil senyumku. Permintaan maaf ? Jika kamu membaca ini, aku sudah memaafkanmu sejak lama. Sangat lama. Tak perlu mengirimiku sms-sms yg tidak penting itu. Lebih baik, simpan saja bonus gratisan dari operatormu itu. Tidak tahu diri. Sudah untung dimaafkan, malah minta kembali menjalin hubungan seperti dahulu. Aku bukanlah seperti wanita yg setiap malam mencari nafkah dg cara yg tidak halal. Aku tidak membalasnya, sudah kumaafkan didalam hati.

Aku menghela nafas lega. Pergilah! Sifat keagamaan yg selalu kamu tunjukan, tidak seperti perlakuan bejatmu itu. Kamu memang tidak bisa lupakan, tapi sangat bisa untuk dibenci dan dijauhkan. Kuharap, kekasihmu sekarang, tahu sifat brengsekmu itu! Dan kuharap juga, kekasihmu itu mendapat perlakuan yg sama denganku. Aku tidak dendam, hanya emosi berlebihan yg terus bertambah setiap kali mendengar nama atau melihat sosokmu. Aku tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Aku mencoba membuka pelan-pelan hati yg sudah lama tertutup rapat-rapat, mencoba menerima cinta yg menghampiri. Tetap tidak bisa. Bagiku mereka hanya lewat, keluar-masuk dan tidak tahan untuk singgah karena hati ini masih ada secuil rasa benci terhadap cinta. Kini, hanya ada Aku, Twitter dan duniaku, dimana banyak yg harus dibenci.

Sudah hampir 1 tahun, aku lewati semua kepedihan yg ada diibukota ini dg senyuman pura-pura. Aku melihat ini adalah awalnya. Aku berharap tidak ada kesedihan lagi. Aku masih berusaha membuka hati, menyembuhkan luka yg belum sembuh pula. Sulit. Kini, hampir setiap hari aku habiskan 24 jam disekolah dan dirumah. Aku melihat keluar jendela, melihat seluruh rumah. Semua sama. Semu dan gelap. Aku menengok ke jalanan yg mulai basah karena langit menangis. Tak kutemukan lagi kasih sayang dan cinta ditengah rintik-rintik hujan. Apakah tempat ini sudah berubah ? Ah, masih seperti yg dulu. Dingin dan gelap. Aku melihat kalender yg sudah berdebu. Hari senin. Ini adalah awalku menjalani semua yg dibenci menjadi dicinta. Sudah ada kereta yg menghambat orang-orang yg pergi beraktifitas. Asap kopaja mengepul hitam penuh zat racun. Aku merapatkan masker dan menaikkan resleting sweeter, lalu berangkat menuju sekolah yg kuyakini ada seorang disana yg mampu menyembuhkan luka ini. Optimis.


Langit-langit Jakarta sedang membendung tangisan. Menunggu beberapa detik saja sudah menghasilkan hujan. Beberapa menit saja sudah membuat genangan dilapangan kecil sekolahku. Perpustakaan menjadi lebih dingin. Air hujan yg turun mulai membasahi luar jendela seluruh ruangan. Kelasku gelap dan dingin seketika. Aku mengintip keluar jendela memandangi beberapa makhluk berseragam menyandar tembok luar kelas. Gelap, namun banyak kejadian yg tak terlupakan dilorong ini. Aku berjalan malas keluar ruang kelas, melihat seluruh sudut sekolah. Yg terdengar hanyalah percikan air hujan. Sial! Hujan membuat genangan dimataku, memunculkan kenangan diotakku. Tak ada yg aku sayangkan dari perpisahan 1 tahun lalu. 

Aku menatapi semua sudut yg ada disekolah ini. Melihat beberapa pasang mata menatap apa yg kutatap juga. Ada yg lewat, tertangkap indra penglihatanku. Dia ? Si bogel sipit ? Anak kelas sebelah ? Kenapa aku penasaran dengannya ? Kenapa ada ketertarikan bagiku untuknya ? Apa si Sipit ini yg dikirimkan Tuhan ? Benarkah ? Bisakah aku lebih dekat dari sekedar hanya kenal ? Aku bersemangat mencobanya. Sepertinya dia berbeda. Meskipun, tingginya kurang dariku, anak itu selalu terlihat riang. 
Aku mulai terbangun dari angan-angan masa lalu. Tak ada lagi yg menguasai kota ini. Aku baru sadar, bahwa aku sedang memulai sesuatu yg baru. Move on. Biarkan si Sipit itu memasuki hatiku. Namanya, Thama. Bagus.

Hari yg diawali dg hujan inilah awalnya. Langit mulai menyimpan sisa hujannya. Tak ada cipratan air lagi dijendela. Sial, mataku menangkap pandangan si Sipit itu lagi. Dan sekarang aku sedikit penasaran dg namanya. Aku masih berkumpul dg teman-teman satu genk. Ada dia disitu bersama teman-temanku. Membicarakan twitter, perasaan, dan lelucon. Dia menyuruhku menfollownya. Aku balikan saja, harusnya kan cowok yg mulai duluan. Aku memberi tahu username. Dia memfollow akunku. Sederhana namun sempurna. 

Mulai muncul perasaan-perasaan aneh. Menjalar keseluruh sudut dingin didalam hati. Cinta. Oh, tidak! Sepertinya aku mencintainya. Ya, mungkin...


Bersambung...

Monday, January 7, 2013

Terima Kasih


Jakarta, siang hari seperti ‘Neraka Bocor’. Aku diajak kerumah kekasihku, Fadli. Ia ingin mengenalkan aku ke orang tuanya. Cukup bahagia. Wajahku memerah menyembunyikan senyum malu bercampur senang. Dan berbagai perasaan senang lainnya yg sulit dideskripsikan. Aku berpikir, apakah ini terlalu cepat ataukah memang sewajarnya ? Padahal, hubunganku dg Fadli baru sebatas ‘pacar’ tapi sikap Fadli cukup dewasa. Gentle sekali dia.  Inilah kotaku dan kota fadli. Dimana sejarah mencatat cerita suka dan duka hubunganku, Jakarta. Kota yg sepertinya berkonspirasi dg waktu dan keadaan karena setiap aku sedang bersamanya, kota ini menjebakku dg teriknya matahari, asap kendaraan dan kemacetan. Keterlaluan. Aku suka tinggal di ibukota selain ini adalah tempat kelahiranku karena disela-sela polusi dan macet, aku menemukan cinta. Satu kata yg membuatku terdampar dalam perasaan yg selalu bercampur bahagia.

Siang itu, aku dijemput kekasihku. Terik. Untung saja aku menggunakan sweeter dan Fadli juga. Rasanya, panas ini menjadikan semua yg dekat menjadi jauh dan menjauhkan yg dekat jadi jauh. Aku yg mengenakan sweeter saja masih kepanasan apalagi mereka yg menggunakan baju lengan pendek.  Tanpa kusadari, ternyata sudah sampai dirumah Fadli. Buru-buru aku mencari tempat untuk menghindari terik matahari. Fadli hanya sibuk memarkirkan motornya. Digenggam tanganku lalu dituntunnya masuk kerumahnya. Wajahku masih memerah. Tak sama sekali aku berpikir negative tentang sikapnya sekarang. Fadli mengajakku masuk kerumahnya.

“ Mamah kamu kemana, yang ? “
“ Sebentar ya… “
Fadli mengunci pintu rumahnya dan mematikan lampu seluruh ruangan dirumahnya. Aku mulai merasa tidak enak.
“ Kok pintunya dikunci sih ? “

Fadli tak menjawab pertanyaanku. Aku yg sedari masuk duduk disofa merasakan hal yg ganjil. Apa yg sedang dilakukan kekasihku ini ? Katanya ingin mengenalkan aku ke orang tuanya, tapi… Fadli langsung duduk disampingku, tangannya menggelayuti tubuhku. Aku hanya diam mematung. Aku seperti diculik oleh kekasih sendiri. Aku hanya menuruti perkatannya. Seperti ada setan yg berbisik untuk berbuat negative. Semua ruangan gelap. Aku mulai merasakan sakit. Rasa sakit yg belum pernah aku rasakan. Sakit sekali.

***
Aku diantarnya pulang. Aku tidak sempat berpikir sampai situ. Mataku hanya melihat-lihat jalanan yg mulai padat. Aku berpikir apakah setiap ibukota dinegara-negara lain sama seperti ibukota dinegaraku ? Tepat. Rambutku bau asap, badanku bau keringat. Sempurna. Sesampainya dirumah, aku baru sadar. Aku baru memikirkan yg telah kulakukan tadi bersama Fadli. Aku bodoh sekali. Aku menyesal. Kenapa aku baru sadar sekarang ? Aku menangis dg muka ditutupi bantal. Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Waktu tidak bisa kembali ataupun terulang. Aku menyesal sekali. Aku telah kehilangan kehormatanku. Aku bingung siapa aku sekarang ? Yang bisa kulakukan hanya memohon dan menyesali semuanya. Esoknya, Fadli seperti menjauh dariku. Aku mulai khawatir. Fadli seperti jenuh denganku. Orang yg aku cintai menghilang perlahan. Aku berusaha mencarinya. Aku terus berdoa agar ia tidak meninggalkanku. 

Semua berlalu. Benar-benar berlalu dan tak ada hari kemarin. Sunyi. Aku hanya bercerita ke salah satu teman SMP ku dulu. Ia menghinaku, menasehatiku, memarahiku. Apakah sebesar ini salahku ? Apa kata orang tuaku nanti jika tahu tentang ini semua ? Kini, yg tau hanya teman SMPku dan Tuhan. Suatu sore, ketika aku terjebak macet didepan suatu gedung rakyat, aku melihat Fadli. Mataku jelas menangkap bayangnya. Tapi apakah yg dilihat mata benar-benar nyata ? Fadli berboncengan dg wanita lain. Aku hanya memandanginya dan menangis kecil. Belahan jiwaku pergi dg belahan jiwa lain. Rasanya hatiku sakit sekali. Sesak. Aku benar-benar sedih. Orang yg telah mengambil tubuhku, kini tubuhnya bersama orang lain. Lengkaplah sudah kota ini. Kini, tidak hanya macet dan polusi, tapi sudah ada kesedihanku disana.

Berbulan-bulan aku memendang luka ini. Aku tidak dendam kepadanya. Berbulan-bulan aku lewati dg luka yg masih menganga lebar. Sempurna. Siapa yg mau menerimaku dg keadaan seperti ini dikota Metropolitan ? Aku pesimis. Aku mulai trauma akan hal cinta. Aku membenci hal-hal yg berhubungan dg cinta. Mungkin aku bisa melupakan Fadli tetapi aku tidak bisa melupakan kejadian itu. Aku mengubur luka ini dalam-dalam. Kini, aku hanya asik dg duniaku sendiri, Twitter. Perlahan tapi pasti, aku melupakan peristiwa itu. Dreeett dreeett dreeett. Blackberryku bergetar menerima pesan singkat. Aku buka, tidak ada namanya dikontakku. Aku makin penasaran...

Bersambung... Terima Kasih //


Thursday, January 3, 2013

Bolehkah Aku Menceritakanmu, Sayang ?


Pagi itu sangat dingin. Aku mencoba menaikan resleting sweeter, mencari-cari kehangatan, menyembunyikan tangan dari terpaan angin dingin pagi hari. Melihatmu berlarian menuju gerbang menghindari hukuman terlambat. Aku berlari kecil mengikuti, menaiki tangga dg terburu-buru. Lalu berpisah dilorong yg sama, hanya saja ruangan kita tak sama. Itulah sebab pembatas aku dan kamu. Kamu berjalan masuk kekelasmu, akupun begitu. Berjalan lemas lalu mengintip kedalam kelasmu. Sesekali kamu ataupun aku saling mengedipkan mata. Aku tak tahu apa arti tanda itu ? Sudahlah, masuk dan nikmati sampai jam pelajaran selesai.

Didalam kelas, aku tak peduli rumus matematika ataupun perhitungan data statistik dipapan tulis yg sudah diterangkan, kamu yg selalu diotakku menghalangi tulisan yg ada dipapan tulis untuk kuingat. Selalu saja kamu dan kamu. Penyebab kegilaan ini. Otakku terus berusaha menceritakan tentangmu. Menulis semua kagaduhan ataupun keromantisan yg pernah kamu buat. Mungkin kamu sudah bosan membaca tulisanku. Semua yg kutulis tentangmu. Tapi, rasanya tak ada bosan bagimu membaca tulisanku yg menceritakan kamu atau aku ataupun kita.

Tentu saja, sekarang tak perlu aku memberitahumu kalau aku selalu mendoakan dirimu dalam ibadahku. Mulai tak sengaja aku berdoa untukmu. Entah mengapa rasanya bibir ini terselip mengucap memohon berdoa untukmu. Menjagamu dari kejauhan dg berdoa. Ya, itulah caraku. Tak dapat ciuman ataupun tak bisa menciummu, yg kulakukan hanya melihat galeri lalu menslide show foto-foto kita. Menciumi fotonya secara diam-diam dan dari kejauhan. Kuharap kamupun begitu.

Setiap kali membuka handphonemu, hanya melihat-lihat jadwal bioskop. Aku bosan, seminggu menghabiskan waktu denganmu hanya menonton bioskop. Semua film yg baru launching, langsung ditunjuk olehmu. Apakah matamu tak bosan kencan ditempat yg sama dg film yg berbeda-beda terus ? Setiap malam, kuantar kamu pulang, tapi tak tahu aku pulang dg siapa dan naik apa karena setiap pergi denganmu, aku tidak pernah membawa kendaraan. Tak apalah, yg penting aku memulangkanmu dg selamat, meskipun aku yg kebingungan setelah itu.

Aku bersyukur, orang tuamu sudah mengetahui sosok yg kini menjagamu diluar rumah. Senyuman ibumu yg ramah, dan tatapan mata ayahmu yg tajam melengkapi cerita ini. Tolong beritahu pada orangtuamu, aku bukan cowok sembarangan, yah. Dan bilang kepada ayahmu, jangan menatapku seperti itu lagi.

Sosokmu tak lagi sengaja hadir dalam mimpiku. Yg selalu membangunkanku ditengah malam. Astaga! maafkan aku yg selalu memejamkan mata lebih dahulu, sehingga lupa membalas pesan singkat bahkan lupa juga mengucapkan "Gnite" kepadamu. Biarkan saja, kamu juga begitu kalau mata sipitmu tak kuat menahan kantuk. Bahkan, kalau membayangkan wajahmu yg sedang tertidur, sering membuat tawa kecil bagiku. Jika kamu sedang tertidur, matamu makin menyipit. Sampai tak ada sela untuk mengintip. Tanganmu yg selalu terlempar sana-sini, kadang juga tak sengaja mengenai wajahku.

Dirimu yg kadang bikin unmood, bete, nyebelin, ngeselin, tapi entah kenapa pelukan dan rangkulanmu itu titik  ternyaman bagiku. Pertahankan itu, sayang. Kamulah zona nyaman baru. Tak ada kesamaan sama sekali diantara kita. Kecuali, mata. Mataku yg begitu sipit dan matamu juga begitu. Aku yg selalu membuntuti disekolah tidak terlalu menginginkan kalau kita ini satu kelas. Aku berharap tembok dg cat yg sudah pudar itu dihancurkan, agar aku selalu bisa melihat kekelasmu.

Pertahankan sifat menjengkelkanmu itu, sayang. Kalau sifatmu berubah, aku lebih merindukan sifatmu yg lama. Terima kasih telah menjadi ceritaku dan aku ceritakan. Tetap menjadi tubuh dan aku menjadi ekormu. Kita rubuhkan tembok pemisah itu. Aku mencintaimu lebih dari yg kau tahu.

Could I love you more than reasonable limits, My Lovember ? ♥

Wednesday, January 2, 2013

Keburukanmu, Keburukanku Juga


Ini adalah cerita temanku. Ia menceritakan semua yg terjadi dalam hubungannya. aku hanya menceritakannya sebagai ceritaku. disaat menulis cerita inipun, aku menangis haru. bagaimana bisa seorang pria mencintai orang yg baru dikenalnya lalu menaruhnya ditempat yg sudah disiapkan dihatinya lalu menerima dan tetap menjaganya tanpa kehormatan sang wanita ?

Semua berjalan biasa saja. Bahkan menjadi luar biasa saat hati ini benar-benar dikuasai olehmu. Perkenalan waktu itu memang singkat. Hanya dalam beberapa waktu saja, kamu mampu menumbuhkan perasaan yg sudah terlalu asing bagiku. Kita melewati hari demi hari. Disekolah kita, kelasku dan kelasmu yg hanya dihalangi tembok bercat hijau yg sudah mulai menguning. Aku menjadikan diriku sebagai ekor yg selalu mengikuti kemanapun kamu berada disudut sekolah. Hari demi hari, hubungan kita semakin baik. Kita saling terbuka, menikmati perbedaan yg selalu kita jadikan kesamaan. Darahmu dan darahku yg selalu mengalir secara bersamaan. Tak saling mengetahui keburukan masing-masing. Kamu dan aku, saling merasa nyaman dalam balutan tangan yg saling menghangatkan. Menggenggam satu sama lain, saling mengeratkan. Tak mau berpisah rasanya.

Mengantarmu pulang, kini sudah kewajibanku. Tak peduli dg apa aku pulang nanti. Aku mulai mementingkan nyawamu daripada nyawaku. Keselamatanmu keselamatanku juga. Mengajarimu tentang agama. Semua yg kutahu tentang cara dan bacaan dalam beribadah. Membuatmu lebih baik lagi, membawamu kedalam terowongan gelap,lirih,dingin lalu keluar melalui ujung terowongan yg terlihat cahaya terang.
Mengungkapkan semua yg pernah terjadi dimasa lalu. Aku membuka kartu, namun entah kenapa saat kamu membuka kartumu sendiri, rasanya ada yg tak jujur. Aku mencoba menggali kebohongan itu. Mencari celah-celah kejujuran. Aku tidak ingin memaksamu untuk jujur. Biarkan dirimu sendiri yg mengungkapnya. Akhirnya. 

Terkejut mendengarnya. Aku hanya bersabar, menahan kekhawatiran, takut, kecewa, dan emosi. Semua campur aduk terasa jelas dirasakan hati. Kamu hanya menangis sesak. Menyesal dan semua sudah terlambat. Aku hanya menerimamu dg bagaimanapun yg sudah terjadi. Inilah caraku yg cukup berbeda menerimamu dalam keadaan tanpa kehormatan. Aku hanya berkomitmen pada diriku untuk mengubahnya, menjadikannya wanita yg akan jadi idaman bagi pria lain maupun kekasih-kekasihnya terdahulu sebelum diriku. 

Ternyata, itu semua keburukanmu yg dipendamnya sejak lama. Tak ada yg mengetahuinya. Aku cukup sedih. Tak ada yg bias aku perbuat. Hanya bisa merubahnya menjadi lebih baik. Aku sangat yakin itu.
Inilah caraku menerima sosok wanita tanpa kehormatannya. Cukup luar biasa memang. Aku terlanjur mencintainya, jadi tak ada alasan bagiku menolaknya. Kini, hal itu seperti sekelebat angin yg hanya numpang berhembus. Aku mencintaimu dan kamu juga begitu. Bersabarlah untuk keluar dari terowongan ini. Bagiku, keburukanmu adalah keburukanku juga.

With tears

Fikri 

Membunuh Hati Yang Sudah Mati

Jatuh cinta kepada seseorang bisa membuatmu berubah. Itu bagus jika ia membuatmu jadi orang yang lebih baik. Bagaimana jika sebalikny...