Lanjutan dari Terima Kasih //
Matanya yg semakin sipit saat tertawa, rambut gondrong yg selalu berantakan. Lengkap. Aku belum pernah memiliki pasangan . Itu cukup lucu. Aku mulai merasa nyaman, suka, dan selalu tertawa dekatnya. Sosok yg aku intip dari luar jendela. Sosok yg selalu mendengarkan lagu dg earphone kusut yg selalu kucabut satu untuk didengarkan bersama. Sudah ada dia yg mengisi kotak masuk dihandphoneku. Selalu ada dia dihadapanku, menawarkan bekal nasi goreng yg rajin dibawanya. Sosok yg mampu menghangatkan dan mendinginkan suasana. Wajahnya selalu kureka-reka dalam benakku. Hanya saja, aku tak tahu, apakah dia merasakan seperti yg kurasakan. Baru 3 hari saja, aku sudah banyak berharap. Apalagi semenjak tweetnya selalu muncul ditimeline. Rasanya, tak bisa menghindar. Selalu saja. Aku takut kehilangannya.
Aku tidak bisa
mengendalikan perasaanku. Maaf saja jika huruf-huruf yg kujadikan satu cerita
sedikit berantakan. Aku terlalu senang dan menerimanya dg baik. Berbunga-bunga
rasanya. Mungkin hanya ketertarikan sesaat. Aku langsung melihat bio twitternya, tak ada nama pacar ataupun
orang yg dimilikinya. Sempurna. Dalam benakku, sangat bebas mendekati seseorang
yg masih sendiri alias Jomblo. Sepertinya, si Sipit terus memaksa masuk kedalam
hatiku. Atau hanya perasaan berlebih saja ? Sudahlah, hal seperti ini saja
membuatku merasakan sejuk tepat diluka hati ini. Semenjak hari itu, tak ada
lagi sedih dan benar-benar tidak ada. Si Sipit itu membuat duniaku lebih
ceria.
Matanya yg semakin sipit saat tertawa, rambut gondrong yg selalu berantakan. Lengkap. Aku belum pernah memiliki pasangan . Itu cukup lucu. Aku mulai merasa nyaman, suka, dan selalu tertawa dekatnya. Sosok yg aku intip dari luar jendela. Sosok yg selalu mendengarkan lagu dg earphone kusut yg selalu kucabut satu untuk didengarkan bersama. Sudah ada dia yg mengisi kotak masuk dihandphoneku. Selalu ada dia dihadapanku, menawarkan bekal nasi goreng yg rajin dibawanya. Sosok yg mampu menghangatkan dan mendinginkan suasana. Wajahnya selalu kureka-reka dalam benakku. Hanya saja, aku tak tahu, apakah dia merasakan seperti yg kurasakan. Baru 3 hari saja, aku sudah banyak berharap. Apalagi semenjak tweetnya selalu muncul ditimeline. Rasanya, tak bisa menghindar. Selalu saja. Aku takut kehilangannya.
Aku dan Thama sering menuruni tangga bersama, makan dikantin bareng, berduaan
ditembok depan kelas, berfoto-ria berdua layaknya pasangan. Romantis. Kapan aku
memilikinya ? Aku mulai mengkhawatirkannya.
Thama sering memberi perhatian dan aku juga begitu. Semua mengalir begitu saja. Aku merasa dunia dan waktu berkonspirasi mempertemukan 2 hati yg mencari-cari. Bersama dengan langit yg selalu memperhatikan.
Thama sering memberi perhatian dan aku juga begitu. Semua mengalir begitu saja. Aku merasa dunia dan waktu berkonspirasi mempertemukan 2 hati yg mencari-cari. Bersama dengan langit yg selalu memperhatikan.
Kala itu turun hujan kecil. Cukup membasahi jalan dan pohon-pohon
diluar. Aku sudah mempunyai janji dg Thama. Menghabiskan hari terakhir dibulan
November. Aku dan Thama, bersama dalam 1 malam yg dingin. Thama memberikan
jaketnya untuk kupakai. Lalu berjalan menikmati jalanan yg sudah dibasahi
langit. Lembab, namun hangat dalam bekapan Thama. Lipatan tangannya mehangatkan
telapak tanganku. Membicarakan semua tentang cinta. Aku hanya mendengarkan, dia
hanya berceloteh panjang lebar. Bercanda diatas jalan yg basah.
Hampir larut, kehangatannya masih melekat. Kini, aku tahu Thama
memiliki perasaan yg sama. Thama mencintaiku. Aku mencintai si Sipit juga.
Sederhana dan sempurna. Tak bisa aku ceritakan semuanya lagi. Si Sipit itu
membuatku gila! Cintanya menjalar kesudut-sudut sempit dan gelap dihatiku.
Membuka mataku bahwa cinta itu indah, luka hanyalah sebagian keindahan dalam
bercinta. Sekali lagi, terima kasih tlah membuat diriku gila akan cintamu, Tha.
Terima kasih, Sipit...!
Love ♥
Fikri
No comments:
Post a Comment