Selamat pagi ataupun selamat malam, maaf lagi-lagi
kesibukkanku tidak sengaja merenggangkan hubungan kita. Tak apa, kesibukkan ini
hanya sementara, kok. Aku masih disini, tak memerlukan wanita hebat lainnya; yg
sama dalam bidang dikesibukkanku. Hati kecilku percaya, kamu itu nampak
kesepian, tak ada bayangku yg selalu siap menemani. Sekali lagi, sibukku cuman
sementara, kok. Aku juga melatih kesabaran dan kesetiaan kamu, mencari tahu
lebih tentang dirimu yg terlihat sederhana, namun sulit dideskripsikan.
Tuan Puteri, maaf jika aku sering mengabaikan nada
tanda pesan juga nada panggilan darimu. Firasatku merasa kamu sedang
merindukanku. Lebih tepatnya, sangat merindukanku, benarkah firasatku ? Kalau
benar syukurlah, aku juga sangat merindukanmu dg sembunyi-sembunyi disela-sela
waktu sibukku.
Kita benar-benar jauh, atau kamu yg sengaja menjauh
? Mencari-cari keramaian dan kesenangan sendiri, pedulikah padaku ? Mungkin,
tulisan dan suara yg terkirim melalui alat komunikasi tak menyadarkanmu kalau
aku begitu merindukanmu. Rumit memang, apalagi kamu yg sudah jarang membalas
rinduku itu. Bagiku, sekarang sedikit asing dirindukan olehmu, juga mendapat
emoticon kiss dan big hug. Semua tentang kita hanya
masalah, masalah dan masalah. Aku tidak mempermasalahkannya karena memang bukan
masalah, sayang. Kamu saja, terlalu menilainya buruk, langsung cepat menanggap,
akhirnya hubungan kita yg merenggang.
Tuan puteri, kamu itu amat hebat, menceritakan
masalah ke semua sahabat kamu. Ketahuilah Nyonya, ceritamu itu terlalu
berlebihan, dan bersyukur aku masih menjaga dg rapih semua ceritamu, sungguh.
Aku jadi ingat, semenjak kau membongkar ceritamu, hubungan kita jadi semakin
sering diterpa angin kencang yg namanya ujian. Kamu sudah merasa lelah lebih
dulu, tak tahan dg situasi, lalu mencoba melepasku. Semua ditanganmu, Nyonya.
Apa kau menyalahkan kesibukkanku ? Jika iya, lebih baik menyalahkan
kesenanganmu itu. Ketahuilah, aku menyibukkan diri untuk melatih jika kelak
menjadi pasanganmu.
Sekarang, kesibukkanku berkurang namun cintaku tak
sedikitpun berkurang. Tapi, ucapan selamat pagi atau selamat malam darimu sudah
jarang mengisi inbox. Aku rela menunggu kamu tidur meski kadang aku yg terlelap
lebih dulu. Kita hanya tahu melaju, mendayung perahu yg kita buat beberapa
bulan lalu. Aku tak tahu sampai kapan harus seperti ini. Kini, kesibukkanku sudah
berkurang. Tuan puteri, aku akan bertahan, terus berjuang sampai tua sampai aku
duduk rapih dikursi roda ataupun sebaliknya. Sampai kamu mengecup keningku
disaat terbujur kaku atau sebaliknya. Wanita egois nan manja penyebab warna hitam
dibawah mataku.
No comments:
Post a Comment