Seharusnya aku tak melihat mata coklat itu. Seharusnya aku
menghindarinya jauh-jauh. Sekarang, aku telah jatuh pada tatapannya. Mata
coklat yang nampak nyala itu menghipnotisku, membuatku mematung saat mata
hitamku beradu tatap. Mata coklat yang tegas itu berhasil membuatku tersipu,
membuatku penasaran siapa pemiliknya. Mata coklat itu berhasil mengendalikan
saraf penglihatanku, hingga mengunci arah mataku untuk terus beradu tatap
dengan matanya.
Mata itu seperti sedang mencari lawan tatapnya. Sialnya, mataku
terperangkap. Di bola mataku yang hitam, terlihat jelas arah pandangnya ke mata
coklat itu. Seperti terkunci, arah pandangku terjebak disana, terjebak
dikilatan matanya yang coklat bersinar. Tidak bisa kemana-mana. Kurasa, aku
semakin jatuh kedalam mata coklat itu.
Sekarang, aku sudah tahu siapa pemilik mata coklat itu.
Tinggi tak semana, hidung tak terlalu mancung, rambut coklat pirang yang jatuh
secara ikal, dan mataku seperti melihat surga. Mata coklat itu masih menjadi
topiknya. Ia telah membuatku jatuh cukup dalam sekarang.
Saat mata hitamku tak menemukannya dalam pandangan, ia akan
berusaha menemukannya. Saat mata hitamku menemukannya dalam pandangan, ia akan
berusaha menjaga pandangannya itu. Kurasa, mata coklat itu punya sejurus
hipnotis sampai mata hitamku tak mau melepaskan pandangan. Dan mata hitamku
menikmati saat-saat itu.
Kurasa, bukan mata hitamku saja yang melongo, pun hatiku.
Saat bertemu si pemilik mata coklat itu, ada getaran aneh yang menerka hatiku.
Aku tak hanya jatuh pada mata coklat itu, tapi juga kepada si pemilik mata
coklat itu.
Iya, kamu.
Dari pria bermata hitam
Yang jatuh cinta
pada mata coklat dan
pemiliknya.
Bisa kaubalas surat
ini?