Tuesday, October 23, 2018

Membunuh Hati Yang Sudah Mati



Jatuh cinta kepada seseorang bisa membuatmu berubah. Itu bagus jika ia membuatmu jadi orang yang lebih baik. Bagaimana jika sebaliknya?

Jatuh cinta dengannya membuat saya menjadi pribadi yang lebih baik. Mengobrol dengannya selalu menyenangkan. Rasa-rasanya saya tak pernah kehabisan topik bicara. Berbicara tentang apa saja. Tentang mengapa jalanan Jakarta selalu macet. Tentang mengapa Jakarta lebih indah dilihat dari ketinggian pada malam hari. Tentang mengapa orang tua selalu telat mengambil keputusan. Tentang mengapa orang selalu melakukan hal yang disadari itu sukit dilakukan namun tetap dilakukan. 

Berbicara dengannya menambah pengetahuan baru untuk saya. Saat itu saya sadar, saya jatuh cinta pada cara dia memandang sesuatu. Saya jatuh cinta pada isi kepalanya. Saya tidak jatuh cinta dengan dirinya karena saya tidak tahu, siapa orang sebenarnya yang selama ini menjadi pusat dunia saya.

Ketika seseorang menceritakan kisah paling rahasia di hidupnya, ia mungkin percaya denganmu. Mungkin. Namun, bagaimana ia bisa percaya dengan saya padahal kami saja belum pernah bertemu langsung? Ya mungkin saja karena kebetulan nasib latar belakang keluarga kami sama. Atau mungkin juga disama-samakan.

Ada momen terkonyol saat saya dan dia membahas soal pernikahan. Apa yang saya impikan hidup setelah menikah sama seperti impiannya. Tentu sangat konyol mengingat kami bertatap muka saja belum pernah tapi sudah membahas perintilan pernikahan. Saya juga sadar betapa konyolnya saya. Disaat yang bersamaan, saya senang berada di titik itu. Bermain-main di alur yang saya sudah tahu ini mungkin melukai saya.

Coba kamu bayangkan. Kamu bertemu seseorang yang memandang segala sesuatu sama denganmu. Anggaplah kalian satu frekuensi. Sebelum bertemu dia, kamu belum pernah bertemu dengan orang yang satu sudut pandang denganmu. Menyenangkan ‘kan bertemu dengan seseorang seperti itu, anggaplah hati dan pikiran kalian sejalan. Dia membuatmu berimajinasi bagaimana rasanya hidup bersamanya.

Lalu tiba pada waktunya kamu sadar bahwa hubungan seperti itu tak akan ke mana-mana. Ketika kamu berharap semuanya akan menjadi lebih baik setelah bertemu langsung. Nyatanya, ia hanya bayangan. Semu. Menghilang meninggalkan imajinasi-imajinasi indah yang kausendiri tak sabar untuk mewujudkannya.

Kamu merasakan ada banyak hal yang menyumbat dadamu hingga terasa sesak. Jangan menyalahkan dirimu karena menaruh harapan padanya. Saya pun tak setuju pada anggapan bahwa manusia terluka karena harapannya sendiri. Tidak bolehkah berharap? Apa itu membenarkan perbuatan manusia yang datang membawa harapan lalu pergi meninggalkan kekecewaan? Sulit rasanya menahan hati agar tak berharap kepada seseorang yang satu jalan pikiran denganmu. Tentu.

Dalam dunia yang ia buat, ia mengisinya dengan imajinasi-imajinasi semu yang takkan kausadari. Membuatmu nyaman berada di sana. Sampai di titik di mana kamu sadar, ini too good too be true. Kamu sadar akan hal itu.

Yang membuat saya bertanya-tanya, apa motifnya? Kalau ia memang betul-betul punya ketertarikan yang sama, buat apa menahan diri untuk bertemu? Itu pun kalau ia memang nyata. Kalau memang nyata dan belum siap untuk bertemu, buat apa membangun imajinasi seolah-olah itu semua akan terwujud nantinya? Menurut saya, itu terlalu jauh. Mulai saja dari hal yang paling sederhana; bertemu.

Pernah saya berpikir bahwa ia memang nyata. Di kehidupannya, mungkin ia punya pasangan namun hubungannya membosankan. Ia mencari pelarian, kebetulan bertemu saya. Mungkin saja toh?

Namun ada satu hal yang harus ia tahu, saya sadar bahwa saya tidak merasa kehilangan apapun. Ia mungkin tak menyadari itu. Sangat jelas jika ia nyata, maka saya pasti merasa kehilangan. Ia juga harus tahu, ia takkan pernah bisa membunuh hati yang sudah mati. 

Teruslah menghilang. Agar saya semakin sadar saya memang tidak kehilangan apapun. Mungkin ia menganggapku terbawa arus permainan yang ia buat. Sedangkan ia belum menyadari bahwa saya memang memposisikan diri saya sebagai hati yang terseret arus. 

Terserah ia mau mengutuk segala hal dan ditujukan untuk saya. Satu hal mesti ia tahu, ia takkan pernah bisa membunuh hati yang sudah mati.

No comments:

Post a Comment

Membunuh Hati Yang Sudah Mati

Jatuh cinta kepada seseorang bisa membuatmu berubah. Itu bagus jika ia membuatmu jadi orang yang lebih baik. Bagaimana jika sebalikny...