Aku menatap handphone beberapa saat, memandangi seluruh isi kota
dari balkon apartemen , memegang secangkir kopi hangat yg kubuat sendiri.
Mengendalikan leher keatas sesaat, menatap langit berharap masih ada kamu
diantara bintang-bintang yg bertebaran rapih. Lalu, kutundukkan kepala menatap
kebawah sejenak sambil berdoa untukmu. Aku tidak pernah tahu sudah berapa
kalimat-kalimat doa yg didalamnya kuselipkan namamu. Aku tidak memperdulikan
itu, karena kamupun tidak pernah pedulikanku. Kapankah kamu peduli ? Kapankah
kamu mencintai aku seperti aku yg begitu mencintaimu. Kutegakkan kepalaku, lalu
menyeruput panjang kopi hangat. sluuurrrppp...
Salahkah jika namamu kuselipkan dalam doa secara diam-diam ?
Berdosakah aku ? Apa dalam doa kamu terselip namaku juga ? Kurasa tidak, tidak
sama sekali! Dirimu hanyalah angan-angan yg selalu menggantung, sulit
dideskripsikan apalagi diwujudkan. Mungkin, aku orang yg beruntung mengenalmu
dan dekat dengan sosokmu. Tidak lebih beruntung dg orang yg memiliki kamu
sekarang. Memainkan bayanganmu diotakku, memaksa bayanganmu menari-nari indah
agar sosokmu selalu hadir dalam pikiranku. Ya, hanya dipikiranku dan tak pernah
ada dihadapanku. Mengerikan…
Setiap pagi, siang, sore, malam dan pagi lagi, perasaan ini terus
tumbuh melewati batas yg tidak pernah ada dalam hatiku. Secara diam-diam, tanpa
tindakan, begitu mudahnya kamu menyakitiku. Apa aku yg terlalu perasa atau kamu
yg tidak pernah peka ? Aku mencintaimu lebih dari yg kautahu. Harapanku terlalu
besar untuk memilikimu, hingga terasa sakit saat sosokmu tak lagi terangkul
dalam pelukan angan-anganku. Kamu yg tidak sengaja mengisi ruang kosong
sudut-sudut gelap hatiku. Entahlah, aku terlalu takut melihatmu t'lah dimiliki
wanita lain. Aku sulit melupakanmu dan berhenti berharap.
Sudah larut malam, harusnya aku sudah diranjang tidur lalu kembali
memimpikanmu. Kali ini tidak, aku berdiri sendiri dibalkon membiarkan angin
malam menusuk tulang-tulangku. Aku ingin melupakanmu meskipun sulit. Bisakah
kamu menghargai perasaanku sedikit saja ? Agar aku tidak terlalu banyak
berharap. Dan tidak mungkin juga merasakan hal yg sedang aku rasakan. Aku
melirik jam dinding, melihat semua yg terlihat dari atas apartemen, sepi,
gelap, dan dingin. Semoga rasaku ini cepat pergi dan tidak ada sosokmu
lagi yg sering menggangu tidurku melalui bunga tidur.
Selamat tidur, Pangeran. Aku masih saja mengharapkan kamu. Semoga
ketika aku terbangun, aku merasakan nyatanya cinta darimu. Selamat malam,
selamat pagi, selamat siang ataupun selamat malam lagi…
Fikri ♥
No comments:
Post a Comment