Tuesday, January 15, 2013

Semoga saja...


Aku menatap handphone beberapa saat, memandangi seluruh isi kota dari balkon apartemen , memegang secangkir kopi hangat yg kubuat sendiri.  Mengendalikan leher keatas sesaat, menatap langit berharap masih ada kamu diantara bintang-bintang yg bertebaran rapih. Lalu, kutundukkan kepala menatap kebawah sejenak sambil berdoa untukmu. Aku tidak pernah tahu sudah berapa kalimat-kalimat doa yg didalamnya kuselipkan namamu. Aku tidak memperdulikan itu, karena kamupun tidak pernah pedulikanku. Kapankah kamu peduli ? Kapankah kamu mencintai aku seperti aku yg begitu mencintaimu. Kutegakkan kepalaku, lalu menyeruput panjang kopi hangat. sluuurrrppp...

Salahkah jika namamu kuselipkan dalam doa secara diam-diam ? Berdosakah aku ? Apa dalam doa kamu terselip namaku juga ? Kurasa tidak, tidak sama sekali! Dirimu hanyalah angan-angan yg selalu menggantung, sulit dideskripsikan apalagi diwujudkan. Mungkin, aku orang yg beruntung mengenalmu dan dekat dengan sosokmu. Tidak lebih beruntung dg orang yg memiliki kamu sekarang. Memainkan bayanganmu diotakku, memaksa bayanganmu menari-nari indah agar sosokmu selalu hadir dalam pikiranku. Ya, hanya dipikiranku dan tak pernah ada dihadapanku. Mengerikan…

Setiap pagi, siang, sore, malam dan pagi lagi, perasaan ini terus tumbuh melewati batas yg tidak pernah ada dalam hatiku. Secara diam-diam, tanpa tindakan, begitu mudahnya kamu menyakitiku. Apa aku yg terlalu perasa atau kamu yg tidak pernah peka ? Aku mencintaimu lebih dari yg kautahu. Harapanku terlalu besar untuk memilikimu, hingga terasa sakit saat sosokmu tak lagi terangkul dalam pelukan angan-anganku. Kamu yg tidak sengaja mengisi ruang kosong sudut-sudut gelap hatiku. Entahlah, aku terlalu takut melihatmu t'lah dimiliki wanita lain. Aku sulit melupakanmu dan berhenti berharap.

Sudah larut malam, harusnya aku sudah diranjang tidur lalu kembali memimpikanmu. Kali ini tidak, aku berdiri sendiri dibalkon membiarkan angin malam menusuk tulang-tulangku. Aku ingin melupakanmu meskipun sulit. Bisakah kamu menghargai perasaanku sedikit saja ? Agar aku tidak terlalu banyak berharap. Dan tidak mungkin juga merasakan hal yg sedang aku rasakan. Aku melirik jam dinding, melihat semua yg terlihat dari atas apartemen, sepi, gelap, dan dingin.  Semoga rasaku ini cepat pergi dan tidak ada sosokmu lagi yg sering menggangu tidurku melalui bunga tidur.

Selamat tidur, Pangeran. Aku masih saja mengharapkan kamu. Semoga ketika aku terbangun, aku merasakan nyatanya cinta darimu. Selamat malam, selamat pagi, selamat siang ataupun selamat malam lagi…

Fikri ♥

No comments:

Post a Comment

Membunuh Hati Yang Sudah Mati

Jatuh cinta kepada seseorang bisa membuatmu berubah. Itu bagus jika ia membuatmu jadi orang yang lebih baik. Bagaimana jika sebalikny...