Ini adalah cerita temanku. Ia menceritakan semua yg terjadi dalam hubungannya. aku hanya menceritakannya sebagai ceritaku. disaat menulis cerita inipun, aku menangis haru. bagaimana bisa seorang pria mencintai orang yg baru dikenalnya lalu menaruhnya ditempat yg sudah disiapkan dihatinya lalu menerima dan tetap menjaganya tanpa kehormatan sang wanita ?
Semua berjalan biasa saja. Bahkan menjadi luar biasa
saat hati ini benar-benar dikuasai olehmu. Perkenalan waktu itu memang singkat.
Hanya dalam beberapa waktu saja, kamu mampu menumbuhkan perasaan yg sudah
terlalu asing bagiku. Kita melewati hari demi hari. Disekolah kita, kelasku dan
kelasmu yg hanya dihalangi tembok bercat hijau yg sudah mulai menguning. Aku menjadikan
diriku sebagai ekor yg selalu mengikuti kemanapun kamu berada disudut sekolah.
Hari demi hari, hubungan kita semakin baik. Kita saling terbuka, menikmati
perbedaan yg selalu kita jadikan kesamaan. Darahmu dan darahku yg selalu
mengalir secara bersamaan. Tak saling mengetahui keburukan masing-masing. Kamu
dan aku, saling merasa nyaman dalam balutan tangan yg saling menghangatkan. Menggenggam
satu sama lain, saling mengeratkan. Tak mau berpisah rasanya.
Mengantarmu pulang, kini sudah kewajibanku. Tak peduli
dg apa aku pulang nanti. Aku mulai mementingkan nyawamu daripada nyawaku. Keselamatanmu
keselamatanku juga. Mengajarimu tentang agama. Semua yg kutahu tentang cara dan
bacaan dalam beribadah. Membuatmu lebih baik lagi, membawamu kedalam terowongan
gelap,lirih,dingin lalu keluar melalui ujung terowongan yg terlihat cahaya
terang.
Mengungkapkan semua yg pernah terjadi dimasa lalu. Aku
membuka kartu, namun entah kenapa saat kamu membuka kartumu sendiri, rasanya
ada yg tak jujur. Aku mencoba menggali kebohongan itu. Mencari celah-celah
kejujuran. Aku tidak ingin memaksamu untuk jujur. Biarkan dirimu sendiri yg
mengungkapnya. Akhirnya.
Terkejut mendengarnya. Aku hanya bersabar, menahan
kekhawatiran, takut, kecewa, dan emosi. Semua campur aduk terasa jelas
dirasakan hati. Kamu hanya menangis sesak. Menyesal dan semua sudah terlambat. Aku
hanya menerimamu dg bagaimanapun yg sudah terjadi. Inilah caraku yg cukup
berbeda menerimamu dalam keadaan tanpa kehormatan. Aku hanya berkomitmen pada
diriku untuk mengubahnya, menjadikannya wanita yg akan jadi idaman bagi pria
lain maupun kekasih-kekasihnya terdahulu sebelum diriku.
Ternyata, itu semua
keburukanmu yg dipendamnya sejak lama. Tak ada yg mengetahuinya. Aku cukup
sedih. Tak ada yg bias aku perbuat. Hanya bisa merubahnya menjadi lebih baik.
Aku sangat yakin itu.
Inilah caraku menerima sosok wanita tanpa
kehormatannya. Cukup luar biasa memang. Aku terlanjur mencintainya, jadi tak
ada alasan bagiku menolaknya. Kini, hal itu seperti sekelebat angin yg hanya
numpang berhembus. Aku mencintaimu dan kamu juga begitu. Bersabarlah untuk
keluar dari terowongan ini. Bagiku, keburukanmu adalah keburukanku juga.
With tears
Fikri
No comments:
Post a Comment