Tuesday, January 8, 2013

Terima Kasih //


Rasa penasaran ini berubah menjadi rasa takut. Aku seperti dikejar malaikat maut. Khawatir. Keringat mulai bercucuran sedikit-sedikit. Aku membuka pesan singkat misterius itu perlahan. Dan ternyata, hanya pesan singkat dari orang yg mengambil senyumku. Permintaan maaf ? Jika kamu membaca ini, aku sudah memaafkanmu sejak lama. Sangat lama. Tak perlu mengirimiku sms-sms yg tidak penting itu. Lebih baik, simpan saja bonus gratisan dari operatormu itu. Tidak tahu diri. Sudah untung dimaafkan, malah minta kembali menjalin hubungan seperti dahulu. Aku bukanlah seperti wanita yg setiap malam mencari nafkah dg cara yg tidak halal. Aku tidak membalasnya, sudah kumaafkan didalam hati.

Aku menghela nafas lega. Pergilah! Sifat keagamaan yg selalu kamu tunjukan, tidak seperti perlakuan bejatmu itu. Kamu memang tidak bisa lupakan, tapi sangat bisa untuk dibenci dan dijauhkan. Kuharap, kekasihmu sekarang, tahu sifat brengsekmu itu! Dan kuharap juga, kekasihmu itu mendapat perlakuan yg sama denganku. Aku tidak dendam, hanya emosi berlebihan yg terus bertambah setiap kali mendengar nama atau melihat sosokmu. Aku tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Aku mencoba membuka pelan-pelan hati yg sudah lama tertutup rapat-rapat, mencoba menerima cinta yg menghampiri. Tetap tidak bisa. Bagiku mereka hanya lewat, keluar-masuk dan tidak tahan untuk singgah karena hati ini masih ada secuil rasa benci terhadap cinta. Kini, hanya ada Aku, Twitter dan duniaku, dimana banyak yg harus dibenci.

Sudah hampir 1 tahun, aku lewati semua kepedihan yg ada diibukota ini dg senyuman pura-pura. Aku melihat ini adalah awalnya. Aku berharap tidak ada kesedihan lagi. Aku masih berusaha membuka hati, menyembuhkan luka yg belum sembuh pula. Sulit. Kini, hampir setiap hari aku habiskan 24 jam disekolah dan dirumah. Aku melihat keluar jendela, melihat seluruh rumah. Semua sama. Semu dan gelap. Aku menengok ke jalanan yg mulai basah karena langit menangis. Tak kutemukan lagi kasih sayang dan cinta ditengah rintik-rintik hujan. Apakah tempat ini sudah berubah ? Ah, masih seperti yg dulu. Dingin dan gelap. Aku melihat kalender yg sudah berdebu. Hari senin. Ini adalah awalku menjalani semua yg dibenci menjadi dicinta. Sudah ada kereta yg menghambat orang-orang yg pergi beraktifitas. Asap kopaja mengepul hitam penuh zat racun. Aku merapatkan masker dan menaikkan resleting sweeter, lalu berangkat menuju sekolah yg kuyakini ada seorang disana yg mampu menyembuhkan luka ini. Optimis.


Langit-langit Jakarta sedang membendung tangisan. Menunggu beberapa detik saja sudah menghasilkan hujan. Beberapa menit saja sudah membuat genangan dilapangan kecil sekolahku. Perpustakaan menjadi lebih dingin. Air hujan yg turun mulai membasahi luar jendela seluruh ruangan. Kelasku gelap dan dingin seketika. Aku mengintip keluar jendela memandangi beberapa makhluk berseragam menyandar tembok luar kelas. Gelap, namun banyak kejadian yg tak terlupakan dilorong ini. Aku berjalan malas keluar ruang kelas, melihat seluruh sudut sekolah. Yg terdengar hanyalah percikan air hujan. Sial! Hujan membuat genangan dimataku, memunculkan kenangan diotakku. Tak ada yg aku sayangkan dari perpisahan 1 tahun lalu. 

Aku menatapi semua sudut yg ada disekolah ini. Melihat beberapa pasang mata menatap apa yg kutatap juga. Ada yg lewat, tertangkap indra penglihatanku. Dia ? Si bogel sipit ? Anak kelas sebelah ? Kenapa aku penasaran dengannya ? Kenapa ada ketertarikan bagiku untuknya ? Apa si Sipit ini yg dikirimkan Tuhan ? Benarkah ? Bisakah aku lebih dekat dari sekedar hanya kenal ? Aku bersemangat mencobanya. Sepertinya dia berbeda. Meskipun, tingginya kurang dariku, anak itu selalu terlihat riang. 
Aku mulai terbangun dari angan-angan masa lalu. Tak ada lagi yg menguasai kota ini. Aku baru sadar, bahwa aku sedang memulai sesuatu yg baru. Move on. Biarkan si Sipit itu memasuki hatiku. Namanya, Thama. Bagus.

Hari yg diawali dg hujan inilah awalnya. Langit mulai menyimpan sisa hujannya. Tak ada cipratan air lagi dijendela. Sial, mataku menangkap pandangan si Sipit itu lagi. Dan sekarang aku sedikit penasaran dg namanya. Aku masih berkumpul dg teman-teman satu genk. Ada dia disitu bersama teman-temanku. Membicarakan twitter, perasaan, dan lelucon. Dia menyuruhku menfollownya. Aku balikan saja, harusnya kan cowok yg mulai duluan. Aku memberi tahu username. Dia memfollow akunku. Sederhana namun sempurna. 

Mulai muncul perasaan-perasaan aneh. Menjalar keseluruh sudut dingin didalam hati. Cinta. Oh, tidak! Sepertinya aku mencintainya. Ya, mungkin...


Bersambung...

No comments:

Post a Comment

Membunuh Hati Yang Sudah Mati

Jatuh cinta kepada seseorang bisa membuatmu berubah. Itu bagus jika ia membuatmu jadi orang yang lebih baik. Bagaimana jika sebalikny...