Aku seperti kekasihmu dulu, Putri.
Tapi, mengapa kamu selalu menyamakan semua yg ada dalam diriku dg dirinya ?
Kaubilang, setiap perkataan,perlakuan, bahkan intonasi suaraku yg kaubilang
lembut dan menghangatkan gendang telinga; sama seperti kekasihmu dulu. Setiap
hari rasanya berbeda dan semakin mengkhawatirkan. Tubuhku yg mungil juga
kaubilang sama sepertinya. Apa aku manusia yg sama yg dulu pernah kauciumi
pipinya dg penuh cinta ?
Kalau iya, mengapa aku tak pernah mendapat perlakuan
yg sama ? Mengapa kautak mencium pipi atau keningku dg penuh cinta ? Dan aku
juga bingung, katamu aku mirip sekali dg dia, lalu kenapa kamu tidak yakin
kepadaku ? Atau aku yg tolol tidak bias menumbuhkan keyakinan disudut dingin
hatimu ? Salahku atau salahmu yg trauma menaruh harapan dan keyakinan kepada
orang yg kini kamu cintai atau orang yg pernah kamu cinta ?
Adakah perbedaan aku dan dia (mantanmu) ? Kurasa,
fisikku memang lebih buruk sepertinya, daripada fisik mantan kamu yg selalu
terlihat sempurna dan menawan dimata sipitmu. Adakah perasaan jenuh yg
kurasakan juga kamu rasakan ?
Biarkan aku menjadi diriku sendiri, tidak usah
menginginkan aku seperti yg kauminta. Itu sulit, Sayang. Tidak perlu juga
menjadikan atau menganggap aku seperti kekasihmu yg dahulu. Biarkan dia dg
kebahagiaannya, sedangkan kamu dibiarkannya denganku; kekasihmu kini. Aku juga
tak pernah memintamu seperti kekasihku dahulu, pasti lebih sulit. Karena sifat
mantanku dulu sangat rumit, aku saja tidak bisa mendeskripsikannya. Sudahlah,
jangan memintaku untuk menjadi yg kauingin. Apalagi menjadi seperti orang yg
dulu pernah mengisi hari-hari kosongmu.
Aku juga sama sepertinya; mengisi hari-hari
kosongmu, menghangatkan sudut-sudut dingin hatimu juga menyembuhkan trauma yg
kaualami. Tahukah perasaanku dg sikapmu yg selalu menyamakan aku dg mantanmu ?
Kalau kamu tidak tahu, biar aku yg memberi tahumu. Kamu mau tidak disamakan dg
orang yg tak pernah benar-benar mirip denganmu ? Jika tidak, aku juga tidak.
Mengertikah kamu sekarang ? Tolong, perlakukan aku seperti perlakuanmu kepada
kekasihmu dulu.
Sekarang, setiap malam ucapan ‘Selamat malam’ sudah
tak penuh kata-kata manis lagi, aku takut kamu makin menyama-nyamakan aku dg
dia lagi. Sadarkah kamu ? Aku kekasihmu sekarang, Dia kekasihmu dulu.