Thursday, January 3, 2013

Bolehkah Aku Menceritakanmu, Sayang ?


Pagi itu sangat dingin. Aku mencoba menaikan resleting sweeter, mencari-cari kehangatan, menyembunyikan tangan dari terpaan angin dingin pagi hari. Melihatmu berlarian menuju gerbang menghindari hukuman terlambat. Aku berlari kecil mengikuti, menaiki tangga dg terburu-buru. Lalu berpisah dilorong yg sama, hanya saja ruangan kita tak sama. Itulah sebab pembatas aku dan kamu. Kamu berjalan masuk kekelasmu, akupun begitu. Berjalan lemas lalu mengintip kedalam kelasmu. Sesekali kamu ataupun aku saling mengedipkan mata. Aku tak tahu apa arti tanda itu ? Sudahlah, masuk dan nikmati sampai jam pelajaran selesai.

Didalam kelas, aku tak peduli rumus matematika ataupun perhitungan data statistik dipapan tulis yg sudah diterangkan, kamu yg selalu diotakku menghalangi tulisan yg ada dipapan tulis untuk kuingat. Selalu saja kamu dan kamu. Penyebab kegilaan ini. Otakku terus berusaha menceritakan tentangmu. Menulis semua kagaduhan ataupun keromantisan yg pernah kamu buat. Mungkin kamu sudah bosan membaca tulisanku. Semua yg kutulis tentangmu. Tapi, rasanya tak ada bosan bagimu membaca tulisanku yg menceritakan kamu atau aku ataupun kita.

Tentu saja, sekarang tak perlu aku memberitahumu kalau aku selalu mendoakan dirimu dalam ibadahku. Mulai tak sengaja aku berdoa untukmu. Entah mengapa rasanya bibir ini terselip mengucap memohon berdoa untukmu. Menjagamu dari kejauhan dg berdoa. Ya, itulah caraku. Tak dapat ciuman ataupun tak bisa menciummu, yg kulakukan hanya melihat galeri lalu menslide show foto-foto kita. Menciumi fotonya secara diam-diam dan dari kejauhan. Kuharap kamupun begitu.

Setiap kali membuka handphonemu, hanya melihat-lihat jadwal bioskop. Aku bosan, seminggu menghabiskan waktu denganmu hanya menonton bioskop. Semua film yg baru launching, langsung ditunjuk olehmu. Apakah matamu tak bosan kencan ditempat yg sama dg film yg berbeda-beda terus ? Setiap malam, kuantar kamu pulang, tapi tak tahu aku pulang dg siapa dan naik apa karena setiap pergi denganmu, aku tidak pernah membawa kendaraan. Tak apalah, yg penting aku memulangkanmu dg selamat, meskipun aku yg kebingungan setelah itu.

Aku bersyukur, orang tuamu sudah mengetahui sosok yg kini menjagamu diluar rumah. Senyuman ibumu yg ramah, dan tatapan mata ayahmu yg tajam melengkapi cerita ini. Tolong beritahu pada orangtuamu, aku bukan cowok sembarangan, yah. Dan bilang kepada ayahmu, jangan menatapku seperti itu lagi.

Sosokmu tak lagi sengaja hadir dalam mimpiku. Yg selalu membangunkanku ditengah malam. Astaga! maafkan aku yg selalu memejamkan mata lebih dahulu, sehingga lupa membalas pesan singkat bahkan lupa juga mengucapkan "Gnite" kepadamu. Biarkan saja, kamu juga begitu kalau mata sipitmu tak kuat menahan kantuk. Bahkan, kalau membayangkan wajahmu yg sedang tertidur, sering membuat tawa kecil bagiku. Jika kamu sedang tertidur, matamu makin menyipit. Sampai tak ada sela untuk mengintip. Tanganmu yg selalu terlempar sana-sini, kadang juga tak sengaja mengenai wajahku.

Dirimu yg kadang bikin unmood, bete, nyebelin, ngeselin, tapi entah kenapa pelukan dan rangkulanmu itu titik  ternyaman bagiku. Pertahankan itu, sayang. Kamulah zona nyaman baru. Tak ada kesamaan sama sekali diantara kita. Kecuali, mata. Mataku yg begitu sipit dan matamu juga begitu. Aku yg selalu membuntuti disekolah tidak terlalu menginginkan kalau kita ini satu kelas. Aku berharap tembok dg cat yg sudah pudar itu dihancurkan, agar aku selalu bisa melihat kekelasmu.

Pertahankan sifat menjengkelkanmu itu, sayang. Kalau sifatmu berubah, aku lebih merindukan sifatmu yg lama. Terima kasih telah menjadi ceritaku dan aku ceritakan. Tetap menjadi tubuh dan aku menjadi ekormu. Kita rubuhkan tembok pemisah itu. Aku mencintaimu lebih dari yg kau tahu.

Could I love you more than reasonable limits, My Lovember ? ♥

No comments:

Post a Comment

Membunuh Hati Yang Sudah Mati

Jatuh cinta kepada seseorang bisa membuatmu berubah. Itu bagus jika ia membuatmu jadi orang yang lebih baik. Bagaimana jika sebalikny...