Monday, January 27, 2014

Mata Coklat Itu

Seharusnya aku tak melihat mata coklat itu. Seharusnya aku menghindarinya jauh-jauh. Sekarang, aku telah jatuh pada tatapannya. Mata coklat yang nampak nyala itu menghipnotisku, membuatku mematung saat mata hitamku beradu tatap. Mata coklat yang tegas itu berhasil membuatku tersipu, membuatku penasaran siapa pemiliknya. Mata coklat itu berhasil mengendalikan saraf penglihatanku, hingga mengunci arah mataku untuk terus beradu tatap dengan matanya.

Mata itu seperti sedang mencari lawan tatapnya. Sialnya, mataku terperangkap. Di bola mataku yang hitam, terlihat jelas arah pandangnya ke mata coklat itu. Seperti terkunci, arah pandangku terjebak disana, terjebak dikilatan matanya yang coklat bersinar. Tidak bisa kemana-mana. Kurasa, aku semakin jatuh kedalam mata coklat itu.

Sekarang, aku sudah tahu siapa pemilik mata coklat itu. Tinggi tak semana, hidung tak terlalu mancung, rambut coklat pirang yang jatuh secara ikal, dan mataku seperti melihat surga. Mata coklat itu masih menjadi topiknya. Ia telah membuatku jatuh cukup dalam sekarang.

Saat mata hitamku tak menemukannya dalam pandangan, ia akan berusaha menemukannya. Saat mata hitamku menemukannya dalam pandangan, ia akan berusaha menjaga pandangannya itu. Kurasa, mata coklat itu punya sejurus hipnotis sampai mata hitamku tak mau melepaskan pandangan. Dan mata hitamku menikmati saat-saat itu.

Kurasa, bukan mata hitamku saja yang melongo, pun hatiku. Saat bertemu si pemilik mata coklat itu, ada getaran aneh yang menerka hatiku. Aku tak hanya jatuh pada mata coklat itu, tapi juga kepada si pemilik mata coklat itu. 
Iya, kamu.

Dari pria bermata hitam
Yang jatuh cinta
pada mata coklat dan pemiliknya.

Bisa kaubalas surat ini?

No comments:

Post a Comment

Membunuh Hati Yang Sudah Mati

Jatuh cinta kepada seseorang bisa membuatmu berubah. Itu bagus jika ia membuatmu jadi orang yang lebih baik. Bagaimana jika sebalikny...